OPTIMALISASI MEDIA SOSIAL TERHADAP PEMASARAN DI USAHA MIKRO KECIL MENENGAH

 OPTIMALISASI MEDIA SOSIAL TERHADAP PEMASARAN DI USAHA MIKRO KECIL MENENGAH

Dwi Ageng Setyawan Nurul Ila Sari Iza Auhaina Kuswindari Diana Etika Sari Izza Sakhara Nanik Kustiningsih Jurusan Akuntansi, Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Mahardhika e-mail: dwiageng24@gmail.com 

ABSTRACT 

The purpose of this mentoring to increase sales turnover in SMES Teh Rina catering. Social media utilization as an effective marketing strategy for all businesses, ranging from food, clothing, banking business and other services. Social media utilization is based on developing the rapid existence of smart gadgets that use is very commonplace for anyone. Social Media marketing strategy is very familiar to cyber users, especially the contemporary community. Many social media uses are intended as product promotion. It is one of the cultures of modern society that is more practical in accessing everything through its respective door gadgets. Social Media is a real example of making marketing more attractive, getting better and more practical. With digital smart gadgets and Internet data packages, people are already able to access and also market their wares there. Some platforms are very well used because it relies on images as the main attraction, it also comes with the facility of writing comments and also a short direct message making the favorite social media among the corpse. Catering business is also like not to lose to utilize social media, as the research is made. The catering of Teh Rina gets positive results with the existence of this social media. Discussions using social media as a tool for business development (product marketing) showed significant results. Keywords: social, media, marketing, mentoring, SMES PENDAHULUAN Kreativitas dan kecerdasan membaca situasi merupakan dua hal yang bisa menghasilkan pemasukan di bidang keuangan. Terkadang tidak setiap orang bisa menyadari kesempatan yang bisa dimanfaatkan dalam kondisi tertentu. Ini bisa timbul karena suatu hal yang terdesak misalkan, pemutusan hubungan kerja, keadaan ekonomi yang memburuk, kebutuhan hidup yang meningkat serta sebab-sebab lain yang melatar belakanginya. Seseorang akan terusik dengan kondisi lingkungan dalam hal ini melakukan adaptasi tentang kebutuhan yang diperlukan dengan kondisi nyata yang terjadi. Menghadapi situasi yang menyebabkan tidak nyaman dalam hal memenuhi kebutuhan hidup, masing–masing individu memiliki cara yang berbeda. Berawal dari fenomena diatas, saat ini banyak bermunculan bisnis kecil yang dijalankan dari rumah-rumah. Bisnis kecil ini berkecimpung dalam kategori makanan, minuman, fashion, sepatu, sandal dan kebutuhan sehari-hari lainnya. Penyebutan untuk mereka adalah home industry atau lebih tepat dengan istilah Usaha’ Kecil Mikro Menengah (UMKM). Keberadaan UMKM bisa dimulai dengan sebuah keahlian khusus dengan bidang yang dikuasainya atau berawal dari pertemanan di komunitas tertentu, bermula mencoba bisnis tertentu karena terdesak situasi sehingga harus memulai dari awal. Jatuh bangun mungkin mereka alami, itu semua berjalan dengan alami. Keberhasilan memang memerlukan usaha yang keras dan usaha pantang menyerah. Dari semua UMKM yang ada sebagian besar memiliki kesamaan dalam hal promosi produk. Mereka mayoritas menggunakan sosial media untuk mempromosikan produk kepada calon pembeli. Ini dibutuhkan pengetahuan mendalam tentang teknologi kekinian. Peluang peningkatan volume penjualan produk yang dipasarkan melalui sosial media memang cukup menjanjikan. Apalagi dengan melihat penggunaan smartphone yang sudah hampir mencakup semua kalangan, maka promosi yang dilakukan pemilik UMKM. 

Munculnya pengusaha-pengusaha baru dipicu oleh perkembangan dunia bisnis dalam bidang khususnya kuliner. Berhubungan dengan kebutuhan sehari-hari manusia, maka bisnis di bidang kuliner adalah bisnis yang menjanjikan. Banyaknya makanan unik yang muncul, trend wisata kuliner, serta kuliner yang dijadikan sebagai gaya hidup masyarakat, adalah bukti bahwa perkembangan bisnis kuliner sangat signifikan. Banyaknya warung makan, kedai kopi dan rumah makan baru menjadi salah satu penyebab pertumbuhan bisnis kuliner berkembang pesat. Katering Teh Rina merupakan salah satu bisnis kuliner yang berkembang di kota Surabaya bergerak dibidang jasa penyedia makanan sehat dengan bahan alami bercitarasa makanan khas Indonesia. Produk makanan hasil olahan katering ini sudah terbukti kelezatannya dan cocok dengan selera orang umumnya. Selama ini pesanan datang hanya dari kenalan di lingkungan tempat tinggal atau teman kerja suami pemilik katering. Sehingga dalam upaya pemasaran, katering Teh Rina mengalami berbagai hambatan. Kondisi tersebut dapat dilihat pada Gambar 1, berdasarkan grafik ini terlihat bahwa omzet katering tidak stabil dan cenderung menurun dalam enam bulan terakhir. Di bulan april sebeasar 85 juta, kemudian turun menjadi 80 juta dibulan selanjutnya. Sebetulnya terjadi peningkatan di bulan juni di angka 95 juta, akan tetapi berkurang menjadi 85 juta di bulan berikutnya. Sedikit kenaikan di bulan agustus diangka 90 juta kemudian menurun tajam di bulan September dia angka 80 juta. Gambar 1 Grafik Omzet Katering Sumber: laporan keuangan katering Kendala yang dihadapi katering Teh Rina lainnya adalah kurangnya informasi yang didapatkan konsumen tentang katering Teh Rina. Faktor penting yang bisa merubah pikiran konsumen dalam mengambil keputusan tentang pembelian adalah informasi tentang produk. Pemahaman konsumen terhadap suatu produk dipengaruhi oleh informasi yang positif ataupun negatif dari konsumen. Selama proses pembuatan keputusan, saat menerjemahkan informasi yang bisa ditemukan di lingkungan mungkin pengetahuan dapat diperoleh (Nandan L dan J. Supranto., 2011). Ciri–ciri yang tersedia pada merek–merek dipelajari oleh para konsumen. Sebuah proses dimana konsumen mengenal masalahnya, mencari informasi mengenai produk atau merk tertentu dan mengevaluasi secara baik masing – masing alternatif tersebut dapat memecahkan masalahnya, yang kemudian mengarah kepada keputusan pembelian (Tjiptono, 2012). Kesimpulan pernyataan - pernyataan di atas yaitu evaluasi yang akan dilakukan konsumen terhadap beberapa pilihan yang tersedia dan konsumen memilih produk yang dapat memberikan kepuasan serta manfaat. Informasi lainnya yang akan dipelajari konsumen adalah informasi produk yang akan dibeli. Masyarakat di era global mulai menggunakan media internet sebagai alat untuk mencari berbagai informasi. Perkembangan teknologi internet mempengaruhi cara manusia dalam berkomunikasi. Dimana pun dan kapanpun, seseorang bisa berkomunikasi tanpa ada batasan negara. Manusia berada serta dapat berbagi segala macam informasi tanpa terhambat ruang dan waktu. Hermawan (2012) menyatakan melalui jaringan internet, dimanapun di dunia ini bisa terkoneksi dengan internet, segala bentuk hambatan geogafis terhapuskan. Selain mengubah kebiasaan manusia dalam hal berkomunikasi, efek pembeda yang diberikan internet adalah dalam hal upaya pemasaran. Pemasaran internet (e-marketing) yaitu pemasaran kepada orang banyak secara seketika dan secara massal dalam waktu tertentu menggunakan teknologi internet (Wikipedia, 2016). Dari grafik pengguna internet (Gambar 2) pemakai internet di Indonesia pada awal tahun 2019 mencapai 150,0 juta pengguna dari jumlah penduduk sebanyak 268,2 juta. Saat ini ada sekitar 150,0 juta pengguna aktif media sosial serta pengguna sosial media mobile sekitar 130,0 juta di Indonesia (wearesocial.com,2019).

Gambar 2 Grafik Pengguna Internet di Indonesia Sumber: wearesocial.com Masyarakat yang memakai internet dan sosial media menjadikan para pelaku bisnis mempunyai peluang besar dalam memperkenalkan produkproduknya. Red – hot digunakan Hermawan dan Hayden di dalam Hermawan (2012) bahwa pemasaran via internet memiliki peluang yang besar. Memasarkan produk memakai internet dapat lebih membantu, karena internet memungkinkan respon yang lebih cepat, lebih efektif dalam proses pemasaran, dan biaya yang lebih hemat. Dengan biaya yang murah dan penyebaran informasi yang cepat diharapkan dapat meningkatkan penjualan sehingga katering Teh Rina dapat mencapai omzet yang sesuai target. Melalui media sosial, katering Teh Rina juga dapat berkomunikasi dengan konsumen secara interaktif juga dapat mengetahui respon dari konsumen terhadap produk yang katering Teh Rina pasarkan melalui komentar yang dipost. Mempererat hubungan baik kepada konsumen dengan cara komunikasi yang baik. Hal itu secara tidak langsung dapat membuat konsumen merasa diperhatikan sehingga hal tersebut dapat menciptakan kepuasan bagi konsumen. Apabila konsumen mendapatkan kepuasan, maka konsumen akan secara tidak langsung memberikan kesan yang positif dan kemudian akan merekomendasikan kepada orang lain. Begitu masifnya pengguna media sosial di Indonesia, bisa dimanfaatkan dengan sebaikbaiknya. Jika pemilik UMKM bisa membaca peluang pengguna media sosial mayoritas melalui platform apa, maka hasil maksimal bisa diperoleh. Berdasarkan pada grafik dari Gambar 3 dapat dilihat bahwa ada 6 aplikasi jejaring sosial dengan pengguna terbanyak di Indonesia di aawal 2019 adalah : Youtube (88%), Whatsapp (83%), Facebook (81%), Instagram (80%), Line (59%), Twitter (52%). Data tersebut tentu saja merupakan informasi yang sangat berguna bagi pemilik UMKM untuk memaksimalkan aplikasi jejaring sosial yang menjadi media berpromosi. Gambar 3 Aplikasi Sosial Media Paling Aktif di Indonesia Sumber : wearesocial.com Dengan demikian berdasarkan data yang ada pemilik usaha masih mempunyai peluang yang besar untuk memperluas pemasaran dengan menggunakan media sosial. Ini dibuktikan dengan banyaknya pengguna media sosial aktif di Indonesia serta aplikasi apa saja yang menjadi top ten di kalangan pengguna aktif yang memanfaatkannya. Maka tepat kiranya jika penelitian ini yang dalam pelaksanaannya berbentuk pendampingan kami beri judul “Optimalisasi Media Sosial Terhadap Pemasaran di UMKM Katering Teh Rina”. Tinjauan Literatur Marketing Digital Marketing digital merupakan cara pemasaran menggunakan teknologi digital. Salah satu bentuk pemasaran digital menggunakan internet dan media elektronik adalah e-marketing (internet marketing). Menurut Chadwick, Chaffey, Mayer, dan Johnston, (2006:9), Electronic Marketing atau E-Marketing merupakan teknologi komunikasi elektronik khususnya internet yang membantu proses pemasaran. Dalam mengikuti perkembangan teknologi digital dan rencana untuk menarik konsumen adalah dengan menyadari peran strategi digital marketing ke arah media internet adalah hal yang penting dan menuntun pada perpaduan antara komunikasi tradisional dan komunikasi elektronik.

Menurut Chaffey (2009), dengan meningkatkan pengetahuan tentang konsumen seperti nilai, perilaku, tingkat loyalitas dan profil dapat mencapai retensi tersebut, selanjutnya menyatukan pelayanan online dan komunikasi yang ditargetkan sesuai kebutuhan individu masing-masing.Teori ini digunakan dalam penelitian untuk membahas bentuk strategi yang digunakan dalam perkembangan teknologi ke depan. Marketing digital memiliki peranan penting dalam strategi pemasaran terutama pada objek penelitian ini, yaitu strategi marketing yang dilakukan oleh Katering Teh Rina. Media Sosial dalam Pemasaran Dalam bukunya yang berjudul Social Media Marketing Evans (2012), media sosial adalah proses perpaduan dalam menyebarkan, membentuk, menghancurkan dan mengubah informasi. Sosial media dapat mengelompokkan sejumlah pengetahuan dan informasi, tetapi perlu diperhatikan secara mendalam kebenaran dari hal tersebut. Maka dari itu, sosial media berperan lebih efektif dalam tindakan bersosialisasi atau partisipasi dan mempengaruhi publik, bukan mengontrol mereka atau pun memberikan pernyataan. Partisipasi dalam sosial media dapat menyebabkan pengaruh dan tujuan bisnis serta pemasarannya dapat tercapai. (Evans, 2012:34). Menurut Evans (2012) grafik proses pembelian klasik adalah sebagai berikut: Gambar 4 The Classic Purchase Funnel Sumber: Evans, 2012 Penelitian ini apabila dikaitkan dengan teori perputaran tanggapan sosial (Evans, 2012:44), marketing yang dilakukan oleh Katering Teh Rina berbentuk media sosial. Para pembeli produk tersebut akan memberikan pendapat mereka dalam bentuk pernyataan di media sosial. Peneliti akan mengamati bagaimana perputaran proses pembelian produk dan memberikan penjelasan dalam bentuk bagan untuk menggambarkan teori tersebut. Usaha Mikro Kecil dan Menengah Berdasarkan Usaha Kecil Menengah dan Kementrian Negara Koperasi, Badan Pusat Statistik (BPS), dan UU No. 20 Tahun 2008, yang dimaksud dengan Unit Kerja Mandiri (UKM) adalah perusahaan yang membukukan total penjualan tahunan kurang dari Rp 50 miliar atau mempunyai modal bersih kurang dari Rp 10 miliar diluar tanah dan bangunan (Suryadi, 2014). Menurut Buyer (2015), Juju et al (2010), dan Bajpai, Pandey, & Shriwas (2012) bahwa media sosial adalah bentuk hubungan masyarakat (humas) yang paling transparan, menarik dan interaktif pada saat ini. Media sosial terkadang lebih dapat menarik perhatian dibanding masyarakat di dunia nyata. Fenomena ini kemudian dijadikan sebagai suatu jalan untuk menanamkan merek dibenak konsumen dengan dukungan media sosial. Pelaku Usaha Kecil dan Menengah (UKM) dapat memanfaatkan media sosial yang bersifat terbuka untuk memasarkan produknya. Media sosial seperti Facebook, Twitter dan Instagram dapat digunakan dengan cara dimulai dari dengan memajang foto-foto serta detail mengenai produknya. Penghematan biaya dapat dilakukan dengan cara ini secara efektif dan ampuh. Hal ini tentu saja menghilangkan cara lama yaitu mempromosikan barang dengan menggunakan jasa dari sales yang langsung menemui konsumen di jalan. Konsumen akan merasa lebih dekat dengan teknik pemasaran melalui media sosial karena hal ini tepat sasaran. Produk yang disukai oleh konsumen bisa langsung di respon dengan cara di klik like, share, comment di media sosial ataupun sebaliknya. Bisnis Katering Membuat persiapan serta menyajikan makanan lengkap dengan minuman untuk umum bisa diartikan dengan to cater, yang dalam bahasa sehari-hari disebut catering. Sedangkan Caterer adalah orang yang mempunyai keahlian untuk menyiapkan dan menyajikan makanan serta minuman tersebut. Sedangkan pengguna jasa ini bisa berasal dari daerah-daerah, instansi berupa perusahaan yang melayani kebutuhan makanan. Restoran, rumah makan, kantin di sekolah, cafécafé merupakan contoh dari industri catering. Usaha Catering adalah termasuk usaha multifaset dari industri penyajian makanan. Segmen ini termasuk didalamnya komersial, non komersial beserta militer, tiga segmen ini merupakan klasifikasi umum dari industri jasa makanan.

Sedangkan kegiatan untuk merencanakan, mengorganisasikan, mengendalikan serta mengeksekusi bisa disebut dengan manajemen catering. Penelitian Sebelumnya Berdasarkan pada tinjauan pustaka yang telah diuraikan, terdapat beberapa tinjauan penelitian terdahulu yang dinilai mendekati dan dapat menjadi acuan bagi penulis terhadap penelitian ini. Beberapa penelitian yang menjadi acuan diantaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh Kithinji (2014) yang meneliti mengenai performa penggunaan digital marketing terhadap UMKM, Dahnil et al. (2014) yang meneliti faktor-faktor apa saja yang memiliki pengaruh signifikan terhadap adopsi pemasaran melalui media sosial oleh UMKM, Suarmawan (2015) yang mengidentifikasikan faktor-faktor yang memengaruhi keberhasilan usaha pada UMKM dengan usaha kreatif di desa Bulian, Mokhtar (2015) yang dalam penelitiannya menunjukan hasil yang positif mengenai pengaruh adopsi digital marketing oleh UMKM di Malaysia, Mokhtar et al. (2016) dalam penelitiannya menunjukan bahwa faktor organisasi dan lingkungan teknologi yang berpengaruh signifikan terhadap adopsi internet oleh UMKM, kemudian penelitian yang dilakukan oleh Setiowati et al. (2015) yang menjelaskan betapa pentingnya pengetahuan dan wawasan yang dimiliki pelaku UMKM dalam adopsi internet dan menyadari manfaat yang akan didapatkan. Tabel 1 menjelaskan lebih lanjut mengenai beberapa penelitian terdahulu yang menjadi acuan bagi penulis. Tabel 1 Penelitian Terdahulu Nama Penelitian Hasil Kithinji, L.W. (2014) Internet Marketing and Performance of Small and Medium Enterprises in Nairobi County Studi tersebut menemukan bahwa penggunaan internet marketing memungkinkan perusahaan untuk berkomunikasi dengan produk mereka yang memiliki dampak positif pada kinerja mereka. Perusahaan dapat memperbaiki hubungan pelanggan mereka melalui penggunaan internet marketing serta mengiklankan produk mereka dan melacak penjualan mereka dengan lebih mudah. Dahnil, M. I., Marzuki, K. M., Langgat, J., & Fabeil, N. F. (2014) Factors Influencing SMEs Adoption of Social Media Marketing Ada bukti signifikan untuk mengkategorikan pemasaran media sosial sebagai bagian dari pemasaran internet, dengan sumber daya terbatas, kesalah pahaman dan kurangnya pemahaman tentang teknologi akan berdampak buruk pada bisnis kecil. Suarmawan, Kadek Agus. (2015) Analysis Factors of Affecting the Business Success of SMEs Business (Study in Business Craft Ingka in The Village Bulian, Kubuambahan) Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 6 faktor yang memengaruhi keberhasilan usaha, yaitu komitmen, pengalaman, pembiayaan, motivasi dan kapasitas usaha. Dari faktor keenam faktor komitmen merupakan faktor yang paling dominan memengaruhi kesuksesan bisnis. Mokhtar, N. F. (2015). Internet Marketing Adoption by Small Business Enterprises in Malaysia Temuan menunjukkan bahwa mengadopsi internet marketing membantu usaha kecil untuk memiliki cakupan pasar yang lebih luas, mengurangi biaya pemasaran, dan meningkatkan hubungan dengan pelanggan. Mokhtar NF, Zuha RAH, M Abu SAH (2016) Applying Technology Organizationand Environment (TOE) Model in Social Media Marketing Adoption: The Case of Small and Medium Enterprise in Kelantan, Malaysia. Temuan ini menunjukkan bahwa factor organisasi dan lingkungan teknologi berpengaruh signifikan terhadap adopsi pemasaran media sosial oleh UMKM di Kelantan, Malaysia.

Nama Penelitian Hasil Setiowati R, Hartoyo HKD, Bustanul A, (2015) The effects of ICT adoption on marketing capabilities and business performance of Indonesian SMEs in the fashion industry Temuan ini mengandung wawasan berharga yang bisa mendidik pemilik atau pengelola UMKM tentang potensi keuntungan yang akan mereka dapatkan dengan menerapkan kemampuan hemat biaya adopsi internet untuk bisnis mereka. Berdasarkan pada beberapa sumber penelitian sebelumnya yang telah dijelaskan di atas, penelitian ini mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Kithinji (2014), karena hampir mendekati tujuan dari penelitian ini. Kontribusi terbesar dari penelitian ini adalah, belum ada penelitian yang menggabungkan pengaruh tingkat penggunaan, jenis media internet yang digunakan, serta faktor pendidikan mengenai internet dan manfaatnya, terhadap adopsi digital marketing bagi UMKM dan pengaruhnya terhadap keberhasilan usahanya. METODE PENELITIAN Program pendampingan kewirausahaan ini dilaksanakan dengan menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif, yaitu suatu metode yang melakukan pengumpulan data, wawancara, dokumentasi serta interaksi dengan pengusaha UMKM. Menurut Suwartono (2014, p. 48), wawancara adalah cara menjaring informasi atau data baik melalui interaksi verbal atau lisan. Wawancara ini bertujuan agar dapat mengetahui permasalahan secara lebih terperinci dan terbuka. Sedangkan menurut Sugiyono (2013, p. 32), dokumentasi merupakan cara mengumpulkan data dimana memeriksa benda tertulis misalnya buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan dan sebagainya. Dokumen yang menjadi data pendukung adalah dokumen yang berkaitan dengan laporan keuangan, akun sosial media serta fotofoto produk katering Teh Rina.

PEMBAHASAN

Logo usaha merupakan hal yang sangat berperan penting dalam suatu usaha, pemilik Katering Teh Rina merasa logo yang saat ini dipakai kurang sesuai dengan keinginannya dan kurang mencerminkan karakteristik usahanya. Sehingga pemilik terinspirasi untuk membuat logo berbentuk siluet. Pembuatan design logo dengan tema tang sederhana dan elegan, kami lakukan secara berkala karena menyesuaikan kebutuhan. Dengan adanya logo usaha ini diharapkan bisa memberikan identitas usaha katering Teh Rina yang sebenarnya dan masyarakat bisa lebih mengenal keberadaan usaha katering tersebut. Usaha katering Teh Rina ini memiliki omset yang lumayan banyak namun kartu nama yang dimiliki kurang menarik, sehingga kurang mencerminkan bentuk usaha yang sesungguhnya. Kartu nama yang dimiliki memakai logo yang beda dengan logo yang digunakan pada kemasan box makanan. Hal ini bias mengakibatkan para customer bingung, apakah ini usaha yang sama atau berbeda. Kami membuat desain kartu nama dengan tema kekinian. Kami menambahkan logo katering yang baru, logo halal dan PIRT. Dengan adanya kartu nama ini diharapkan memberikan kesan manarik dimata pelanggan, serta menampilkan logo usaha terbaru untuk lebih mengenalkan nama katering Teh Rina ini. Serta menampilkan logo halal dan PIRT guna untuk menambah kepercayaan pelanggan terhadap produk-produk yang dijual. Dengan usaha katering yang semakin dikenal dimasyarakat luas nampaknya brosur yang dimiliki katering Teh Rina ini sangat minimalis dan kurang menarik. Brosur sangat diperlukan ketika adanya sebuah event yang sangat berpengaruh positif terhadap usaha. Pelanggan akan merekam kesan pertamanya mulai dari mencicipi makanan dan melihat brosur katering yang tersedia sehingga brosur ini memerlukan perhatian khusus untuk memikat daya beli masyarakat. Semakin menarik brosur yang ditampilkan akan memberikan kesan berkelas dimata pelanggan. Maka dengan ini kami membuatkan desain brosur yang menarik dan tentunya dengan tema yang saling berhubungan dengan karakteristik usaha dan logo yang ada. Dengan adanya perubahan ini diharapkan dapat menaikkan pendapatan usaha dan dikenal masyarakat luas. Mengingat banyak sekali masukan dari pelanggan untuk membuat akun Grabfood maka pihak katering Teh Rina memutuskan untuk mendafatarkan menjadi mitra Grabfood. Karena akun Grabfood telah tersedia kami melakukan konfirmasi data kepada pihak Grabfood untuk memberikan kami wewenang dalam mengelola akun Grabfood katering teh rina. Sehingga kami melakukan rebranding ulang serta memberbarui berbagai macam tampilan dan juga menu. Dengan dilakukannya kemitraan terhadap Grabfood bertujuan untuk meningkatakan omset pada depot Teh Rina.

Dengan perbaikan beberapa aspek tersebut diharapkan meningkatkan jumlah follower katering Teh Rina. Sehingga didapatkan data sebelum pendampingan 375 followers dan setelah dilakukan pendampingan 410 followers mengalami peningkatan 35 follower. Berikut kami sajikan beberapa perubahan yang sudah kami lakukan dalam bentuk: Tabel 2 Daftar Perubahan Bagian Sebelum pendampingan Sesudah pendampingan Logo usaha Kartu nama Brosur Instagram  

Bagian Sebelum pendampingan Sesudah pendampingan Grab Food Follower Sumber: Katering Teh Rina Hasil pendampingan menunjukkan terjadi kenaikan jumlah pemesanan melalui sosial media yang sudah diaktifkan sebelumnya. Di awal pendampingan, hanya sekitar 375 konsumen yang sering berkomunikasi. Di akhir pendampingan terdapat penambahan sejumlah konsumen yang pernah berkomunikasi menjadi 418. Tentu saja hal tersebut menjadi salah satu petunjuk adanya jumlah kenaikan pemesanan melalui media sosial yang sudah dioptimalkan. Tjiptono (2012) menyatakan bahwa promosi ialah salah satu faktor yang menentukan keberhasilan suatu program pemasaran. Dalam hal ini katering Teh Rina menggunakan media sosial sebagai media promosi karena dirasa sangat efektif dan efisien, dikarenakan peningkatan jumlah pengguna media sosial terus bertambah setiap tahun membuat informasi yang dibagikan di media sosial dapat terus menyebar lebih luas. Katering Teh Rina juga dapat menjalin hubungan baik dengan konsumen melalui media sosial. Kotler & Amstrong (2012). Hasil pendampingan ini mendukung adanya penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Nurgiyantoro (2014), keputusan pembelian konsumen dipengaruhi secara signifikan dan positif oleh promosi menggunakan sosial media. Kegiatan pendampingan ini juga membuktikan bahwa promosi melalui media sosial juga membantu menyebarkan keberadaan katering Teh Rina di komunitas-komunitas media sosial yang ada. Bagi katering Teh Rina yang tergolong UMKM baru di Surabaya, promosi melalui sosial media merupakan cara yang sangat efektif dan efisien dalam hal penyebaran informasi. Konsumen akan mengumpulkan berbagai informasi sebelum memutuskan membeli atau mengkonsumsi suatu produk. Konsumen juga akan membandingkan sebagian atau seluruh informasi yang mereka terima. Hal tersebut senada dengan pernyataan Tjiptono (2012), “sebuah proses dimana konsumen mengenal masalahnya, mencari informasi mengenai produk atau merk tertentu dan mengevaluasi secara baik masing–masing alternatif tersebut dapat memecahkan masalahnya, yang kemudian mengarah kepada keputusan pembelian”. 

Informasi ini dipakai dalam menganalisa semua pilihan yang tersedia dalam hal pengambilan keputusan pembelian. Konsumen mendapatkan informasi mengenai katering Teh Rina melalui media sosial, selanjutnya konsumen juga cenderung akan mencari dan membandingkan informasi tersebut dengan testimoni dari konsumen lain. Maka perlu strategi yang baik dalam menggabungkan kedua faktor tersebut agar dapat meningkatkan keputusan pembelian konsumen.

PENUTUP

Kesimpulan Berdasarkan hasil pembahasan tersebut dapat disimpulkan bahwa promosi melalui sosial media menjadi strategi pemasaran yang cukup efektif. Hal tersebut ditunjukkan dengan bertambahnya follower di akun media sosial katering Teh Rina serta banyaknya pemesanan produk melalui aplikasi media sosial. Peningkatan ini didukung dengan kemampuan pemilik UMKM dalam memperbaharui tampilan produk baik berupa kartu nama, brosur, foto maupun video agar lebih tertata dan profesional. Namun ada beberapa faktor yang mempengaruhi yaitu: 1. Faktor Penghambat: Karakter dari pemilik UMKM katering Teh Rina kurang adaptif dan inovatif dalam melakukan digitalisasi kegiatan marketing dikarenakan terbatasnya kemampuan dalam memanfaatkan teknologi dan media sosial yang berubah dengan cepat sesuai dengan perkembangan zaman. Sehingga menyebabkan kegiatan pemasaran digital menjadi kurang optimal karena akun sosial media katering Teh Rina jarang darawat. Customer engagement di media sosial pun sangat kurang. Terbatasnya kemampuan SDM yang dimiliki oleh UMKM katering Teh Rina dalam hal merancang desain media pemasaran produk yang lebih tertata dan profesional menyebabkan hasil dari desain pemasaran sebelum adanya pendampingan kurang menarik secara estetika. Tidak adanya divisi bagian marketing yang secara tetap dan fokus mengelola akun media sosial. Semua masih dilakukan secara mandiri oleh pemilik UMKM. Dan kegiatan branding produk tidak dibangun secara berkelanjutan untuk meningkatkan brand awareness. 2. Faktor Pendukung Pemilik UMKM catering Teh Rina kooperatif dan menerima dengan baik masukan dan saran perbaikan dari kelompok pendampingan. UMKM catering Teh Rina Memiliki semangat untuk memperbaiki kegiatan marketing online yang selama ini belum optimal. Saran Berdasarkan hasil pendampingan disarankan: (1) Kegiatan promosi melalui media sosial, katering Teh Rina harus lebih aktif, mampu memberikan inovasi-inovasi dan penyajian pesan yang lebih unik dan menarik agar konsumen dapat lebih memahami dan tertarik dengan informasi yang diposting di media sosial, sehingga dapat lebih memberikan pengaruh dalam pengambilan keputusan pembelian; (2) Katering Teh Rina diharapkan dapat menerapkan strategi khusus untuk merangsang konsumen agar memberikan testimoni atau melakukan pembicaraan yang positif dengan orang lain, misalnya dengan meningkatkan nilai produk beserta atributnya untuk menambah kepuasan konsumen. (3). Katering Teh Rina juga harus rajin memantau Customer review yang terjadi di kalangan konsumen agar dapat mengetahui kelebihan dan kekurangan produknya, sehingga katering Teh Rina dapat mengklarifikasi testimoni negatif serta mempertahankan dan meningkatkan value produk yang mendapat testimoni positif. DAFTAR PUSTAKA Bajpai, V., Pandey, D., and Shriwas, M. 2012. Social Media Marketing: Strategies & Its Impact. Indianresearchjournals.com Buyer, L 2015. 7 Buzzfeed Signs The Social Media Revolution is Just Getting Started. https://socialprchat.com/7-buzzfeed-signsthe-social-media-revolution-is-justgetting-started/ Chaffey, D., Chadwick, F. E., Johnston, K., & Mayer, R. 2006. Internet Marketing: Strategy, Implementation and Practice (3rd ed). Financial Times/ Prentice Hall. Chaffey, D., Chadwick, F. E., Johnston, K., & Mayer, R. 2009. Internet Marketing: Strategy, Implementation and Practice (4th edition). Pearson Education: Prentice Hal. Dahnil, M. I., Marzuki, K. M., Langgat, J., & Fabeil, N. F. 2014. Factors Influencing SMEs Adoption of Social Media Marketing.

Procedia - Social and Behavioral Sciences, 148, pp. 119-126. Evans, Dave. 2012. Social Media Marketing – An Hour a Day. Indiana: John Willey & Sons, Inc. Hermawan, Agus. 2012. Komunikasi Pemasaran. Jakarta. Erlangga https://id.wikipedia.org/wiki/Pemasaran_Interne t https://andi.link/hootsuite-we-are-socialindonesian-digital-report-2019/ Juju, Dominikus, Sulianta. 2010. Branding Promotion with Social Network. Jakarta: Elex Media. Kithinji, L.W. 2014. Internet Marketing and Performance of Small and Medium Enterprises In Nairobi County. Doctoral dissertation at the University of Nairobi: Published. Kotler, Philip dan Amstrong, Gary. 2001. Prinsip-prinsip Pemasaran, Jilid 1 dan 2, Edisi 8. Jakarta. Erlangga. Kotler, Philip dan Amstrong, Gary. 2012. Prinsip-Prinsip Pemasaran, Edisi 13, Jilid 2. Jakarta. Erlangga. Kotler dan Keller. 2007. Manajemen Pemasaran, Jilid 1, Edisi 12. Jakarta. Kotler dan Keller. 2009. Manajemen Pemasaran, Jilid I, Edisi 13. Jakarta. Erlangga Mokhtar, N. F. 2015. Internet Marketing Adoption by Small Business Enterprises in Malaysia. International Journal of Business and Social Science. Vol. 6 (1). Pp: 59-65 Mokhtar NF, Zuha RAH, M Abu SAH. 2016. Applying Technology Organization and Environment (TOE) Model in Social Media Marketing Adoption: The Case of Small and Medium Enterprise in Kelantan, Malaysia. The Social Science. 11(21). 5139-5144. Nurgiyantoro, Singgih. 2014. Pengaruh Strategi Promosi Melalui Social Media Terhadap Keputusan Pembelian Garskin Yang Dimediasi Word Of Mouth Marketing (Studi Pada Konsumen Produk Garskin Merek Sayhello Di Kota Yogyakarta). Yogyakarta. Universitas Negeri Yogyakarta Setiowati R, Hartoyo HKD, Bustanul A. 2015. Understanding ICT Adoption Determinants among Indonesian SMEs in Fashion Subsector. International Research Journal of Business Studies. 8(01). Supranto, dan Limakrisna, Nandan. 2011. Perilaku Konsumen dan Strategi Pemasaran, Edisi Kedua. Jakarta. Mitra Wacana Media. Suwartono. 2014. Dasar-dasar Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Andi. Sugiyono. 2013. Metodelogi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D. (Bandung: ALFABETA) Suarmawan, Kadek Agus. 2015. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Usaha Mikro dan Kecil (Studi Pada Usaha Kerajinan Ingkadi Desa Bulian, Kec. Kubutambahan). Jurnal Jurusan Pendidikan Ekonomi (JJPE). Vol 5 No. 1, h. 1-10. Tjiptono, Fandy. 2012. Strategi Pemasaran, ed. 3. Yogyakarta, Andi.

PENGARUH AKTIVITAS PEMASARAN MELALUI MEDIA SOSIAL INSTAGRAM TERHADAP BRAND AWARENESS,BRAND IMAG DAN RESPON KONSUMEN

 PENGARUH AKTIVITAS PEMASARAN MELALUI MEDIA SOSIAL INSTAGRAM TERHADAP BRAND AWARENESS,BRAND IMAG DAN RESPON KONSUMEN

Effect Of Social Media Marketing Activity Instagram on Brand Awareness, Brand Image and Costomer Respons (Case on Instagram Eiger @Eigeradvanture)

Dewi Sufi Laelian1 , Teguh Widodo 2 1,2 Program Studi S1 Manajemen Bisnis Telekomunikasi dan Informatika, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Telkom 1 dewisufilaelian@student.telkomuniversity.ac.id, 2 teguhwi@telkomuniversity.ac.id Abstrak Penelitain ini membahas mengenai pengaruh aktifitas pemasaran melalui media sosial terhadap brand awareness, barbd unage dan respon konsumen melalui instagram merek Eiger. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 21 responden yang pernah menggunakan produk Eiger yang merupakan followers instagram Eiger. Analisis data menggunakan structural equation modeling (SEM) serta software lisrel 8.8 alat pengolahan data. Setelah dilakukan pengolahan dan analisis data ditemukan bahwa dimensi SMMA paling berpengaruh adalah perceived risk. social media marketing activity berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap brand awareness,brand image dan respon konsumen. Yang berarti bahwa social media marketing activity (SMMA) merek Eiger berpotensi untuk membangun brand awareness,brand image dan respon konsumen. Temuan lain dalam penelitian ini adalah brand awareness tidak berpengaruh terhadap E-WOM tetapi berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap commitment. Ditemukan juga bahwa brand image berpengaruh terhadap E-WOM secara positif dan signifikan begitu juga dengan brand awareness yang berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap commitment. Kata kunci: social media marketing activity, brand awareness, brand image, ekuitas merek, dan respon konsumen Abstract This study analyzes the effect of social media marketing activitys via instagram Eiger on brand awareness, brand image and response customer. A survey was conducted with a totalof 210 followers instagram and who use Eiger product. The collected data were analyzed via structural equation modeling and software lisrel 8.8. The results showed that perceived risk was the most important SMMA componen and social media marketing activity had significant effect on brand awareness and brand image. The results showed that brand awareness and brand image had significant effect on commitment and brand image had significant effect on e-WOM. Keywords: social media marketing activity, brand awareness, brand image, brand equity and customer response .

1. Pendahuluan 

Dari We Are Social and Hootsuite menginformasikan bahwa pengguna internet di Indonesia dari tahun ke tahun mengalami kenaikan. Pengguna internet di Indonesi yang terus meningkat dari tahun ke tahun menyebabkan polo transaksi masyarakat berubah, yang semula dilakukan dengan cara tradisional menjadi online, hal ini menyebabkan teknik pemasaran mulai berubah. Katadata.com mengungkapkan hasil survey yang dilakukan oleh Assosiation e-Commece Indonesia menyebutkan bahwa tempat transaksi e-Commece yang paling banyak digunakan yaitu sosial media lebih unggul dibandingkan website,ataupun marketplace dan yang lainnya. Instagram adalah salah satu sosial media yang penggunanya paling banyak di Indonesia. Menurut study forrester research bahwa Instagram adalah sosial media atau platform yang memiliki ketenaran melebih sosial media lain sebagai perangkat pemasaran yang kuat. Selain itu hasil survey yang dilakukan oleh JakPak menyebutkan bahwa 75% dari respondennya menggunakan Instagram untuk mencari vendor seperti fashion ataupun toko online lainnya. Salah satu merek yang menyadari manfaat dari aktifitas pemasarana media sosial adalah Eiger, Eiger yang merupakan merek penyedia perlengkapan dialam terbuka memiliki followers 1.9 Juta pertanggal 1 Oktober 2020. Instagram yang Eiger miliki digunakan untuk berkomunikasi dengan konsumennya, diharapkan dengan adanya Instagram Eiger dapat membangun brand image dan brand awareness Eiger.

Tetapi fakta lain menyebutkan followers Instagram yang dimiliki oleh pesainnya Rei masih jauh diatas Eieger. Tak hanya kalah dalam jumlah followers survey yang dilakukan oleh backpackerindonesia.com pada tahun 2017 menyebutkan bahwa Eiger menjadi merek dengan urutan ketiga yang banyak diminati di Indonesia, sehingga artinya Eiger kalah peminat dibandingkan Consina urutan pertama dan Rei urutan kedua peminta terbanyak. Selain itu backpackerindonesia.com pada tahun 2017 melakukan Survey untuk kategori merek penyedia perlengkapan dialam terbuka, dan Eiger menempati peringkat pertama. Fakta ini tidak sejalan dengan data yang dikeluarkan oleh Top Brand Index dimana disebutkan dari 2018 ke 2020 Eiger dalam kategori sepatu sandal mengalami penurunan index. Selain itu dalam kegiatan membangun brand image dan brand awareness merujuk dari jumlah likes dan komen serta share yang dimiliki oleh Eiger masih kalah dibandingkan dari jumlah likes dan komen serta share yang dimiliki oleh Rei. Dalam salah satu kegiatan kampanye yang dilakukan Rei dan Eiger terlihat bahwa jumlah like ynag dimiliki Eiger hanya 5.641 likes dengan 87 komen sedangkan pada konten Rei dengan menampilkan informasi yang sama memperoleh likes sebesar 56.000 dan 122 komen. Dari kampanye ini bisa dilihat bagaimana respon konsumen terhadap merek Eiger. Selain daripada fenomenas bisnis, dalam penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Seo dan Park (2018) dimensi terkuat dalam SMMA adalah trandies sedangkan dalam penelitian yang dilakukan oleh Julivand dan Samiei ditemukan bahwa dimensi SMMA yang paling kuat adalah E-WOM . selain itu pada penelitian Erdogmus dan Cicek (2012) menyebutkan bahwa dimensi SMMA yang paling kuat adalah hiburan dan penelitian yang dilakukan oleh Ramadhita dan Widodo (2019) menyebutkan bahwa dimensi SMMA yang paling kuat adalah Infotaiment . Dari empat penelitian ini terdapat perbedaan temuan mengenai dimensi terkuat dalam SMMA. Ditemukan pula gap dalam pengaruh brand awareness terhadap e-WOM, dimana pada penelitian yang dilakukan oleh Rostika (2019) menyebukan bahwa brand awareness berpengaruh terhadap e-WOM sedangkan penelitian oleh Seo dan Park (2018) menyebutkan brand awareness tidak berpengaruh terhadap e-WOM. Berdasarkan fenomena dan gap inilah penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengena Pengaruh Aktifitas Pemasaran Melalui Media Sosial Terhadap Brand Awareness,Brand Image dan Respon Konsumen. Dengan dilakukan penelitian ini, peneliti ingin melihat bagaimana pengaruh aktifitas pemasaran melalui media sosial Instagram terhadap brand awareness & brand image serta respon konsumen. 2. Dasar Teori dan Metodologi 2.1 Dasar Teori 2.1.1 Social media marketing activity Media sosial adalah salah satu media untuk bersosialisasi, bertegur sapa dan membagikan moment. Dengan hadirnya internet manusia mulai bisa berkomunikasi secara online dan meninggalkan media tradisional. Bahkan berkomunikasipun tidak terbatas oleh ruang dan waktu. Media sosial atau yang dikenal juga dengan jejaring sosial merupakan bagian dari media baru yang dapat membuka kesempatan bagi setiap individu untuk bebas mengeluarkan ekspresi dan pendapatnya di media sosial (Kim & Ko, 2012). Aktifitas pemasaran media sosial menjadi alat yang sangat berpengaruh pada masa ini, mengingat perkembangannya dalam kurun waktu singkat serta dapat terhubung dengan banyak koneksi (Kavisekera & Abeysekera, 2016). pendekatan SMMA yang terdiri dari hiburan,interaksi,tren, customization, dan resiko sesuai dengan yang ditulis oleh Seo dan Park (2018) dengan pengertian sebagai berikut : a. Hiburan adalah sesuatu yang menyenangkan, yang bisa membuat penikmatnya merasa gembira. Dalam jurnal acuan,hiburan ditulis sebagai entertainmen yang diartikan juga sebagai sesuatu yang menyenangkan (Seo & Park, 2018). b. Interakasi berdampak pada pengetahuan perusahaan mengenai apa yang dipikirkan oleh konsumen. karena sosial media adalah ruang bebas,dimana siapapun bisa bertemu dan bertegur sapa, maka dengan adanya mesia sosial konsumen dapat bertukar ide, wawasan atau informasi merek lain antar perusahaan maupun konsumen lain dan tetap memperhatikan etika terhadap merek lain (Muntinga et al., 2011). c. Tren adalah informasi terbaru mengenai suatu produk ataupun layanan (Godey et al., 2016). Dikarenakan media sosial yang memberikan informasi yang cepat atau up to date sehingga sosial media dijadikan tempat untuk mencari karena sifatnya yang praktis (Godey et al., 2016). Selain itu disebutkan juga bahwa topik diskusi serta kesedian berita yang paling baru ada dalam media sosial (Godey et al., 2016). Konsumen yang cendrung lebih mempercayai informasi melalui sosial media dibandingkan iklan yang ada, ini adalah alasan mengapa kepercayaan terhadap media sosial lebih besar karena sosial media menyediakan informasi terbaru (Adriana & Widodo, 2019). d. komponen kustomisasi ini membuat perusahaan lebih mudah berkomunikasi dengan pelanggannya mengenai keunikan barang ataupun jasa yang mereka miliki, tentu komunikasi ini dilakukan melalui media sosial yang nantinya akan meningkatkan prefensi dan loyalitas merek mereka (Martin and Todorov, 2010 dalam Godey et al., 2016 ). Dalam pemasaran melalui media sosial kustomisasi diartikan sebagai arti konten yang haruslah sesuai dengan keinginan konsumen (Godey et al., 2016). Kostumisasi pada penelitian ini akan mengidentifikasi akun instagram Eiger memberikan informasi yang sesuai dengan keinginan atau selera pelanggannya.

Karena tingkat kostomisasi sudah selayaknya harus sesuai dengan keinginan atau selera konsumen (Godey et al., 2016) e. Resiko menurut Bauer (1960) dalam Marta & Monica William (2016) menyebutkan bahwa resiko merupakan konsekuensi dari ketidak pastian konsumen. Dengan demikian sosial media dapat mengurangi resiko dari ketidak pastian konsumen dengan cara perusahaan dan konsumen bisa berkomunikasi secara dua arah,dengan begitu perusahaan juga akan mendapatkan informasi begitu juga dengan konsumen. 2.1.1 Brand Awareness Dan Brand Image Ekuitas merek adalah konskuensi asset dan hutang yang terpaut pada merek atau symbol (Seo & Park, 2018). Menurut Kotler & Keller (2003:367) dalam Seo & Park (2018) brand equity nilai yang diberikan oleh perusahaan atas suatu produk yang bisa dirasakan oleh konsumen . Nilai ini bisa dirasakan oleh konsumen terhadap merek tersebut,memikirkan merek dan kemudian bertindak terhadap merek tersebut. Ekuitas merek adalah sebuah asset dan kewajiban yang sangat terkait dengan sebuah merek, nama dan simbolnya yang akan menambah dan bahkan mengurangi nilai yang diberikan suatu produk keoada pelanggannya (Kim & Ko, 2012). Diartikan pula bahwa ekuitas merek berkonskuensi bersih atas asset dan hutang yang tentunya terkait dengan nama merek dan simbol (Seo & Park, 2018). Seo dan Park (2018) mengonsepkan ekuitas merek kedalam brand awareness and brand image. Ia juga mengusulkan agar ekuitas merek ini harus berbasis kepada pelanggan, dikatakan juga ekuitas merek adalah tentang memori yang dimiliki konsumen mengenai keunikan produk dibandingkan merek lain. 2.1.2 Respon Konsumen konsumen diartikan sebagai word of mouth (WOM) atau diartikan sebagai respon emosi dan prilaku yang bersifat positif dari konsumen (Seo dan Park, 2018 ). Dijelaskan bahwa respon konsumen sebagai komunikasi akhir yang diberikan konsumen berupa respon mengenai harga,kualitas produk dan juga tanggapan lainnya (Godey et al., 2016). Selain itu Seo dan Park (2018) pada penelitian sebelumnya membagi respon konsumen menjadi bagian, yaitu e-WOM sebagai respon prilaku oleh konsumen sedangkan komitmen sebagai respon emosi oleh konsumen. Word of mouth adalah proses komunikasi yang tujuannya memberikan informasi tentang produk atau jasa secara personal, giatan ini bisa dilakukan secara kelompok ataupun individu (Menurut Kotler dan Keller,2012 dalam seo dan Park , 2018). Sedangkan E-WOM atau electronic word of mouth adalah kondisi dimana setelah menggunakan suatu barang atau jasa konsumen akan memberikan pesan atau komentar yang bisa bersifat positif ataupun negatif berdasarkan dengan apa yang telah (Seo dan Park, 2018) Arwiedya (2011) menjelaskan bahwa Word of mouth menjadi salah satu faktor yang berpengaruh dalam media promosi untuk mencapai keputusan pembelian. komitmen seperti yang dijelaskan oleh Seo dan Park (2018) bahwa komitmen adalah respon emosi yang diberikan konsumen. komitmen merupakan entitas yang setara saat interaksi antara konsumen dan merek terjadi (Adriana & Widodo, 2019). Dijelaskan juga oleh Adriana & Widodo (2019) bahwa komitmen merupakan keterkaitan dengan orang lain atau objek, keterkaitan secara psikolog yang merupakan keterkaitan terus menerus untuk memepertahankan hubungan. 2.2 Hipotesis dan Kerangka Pemikiran Disebutkan bahwa merek-merek mewah yang melakukan pemasaran dengan memanfaatkan media sosial menunjukan pemasaran ini berpengaruh signifikan terhadap Brand Awareness dan Brand Image (Godey et al., 2016). diduga melalui pemasaran yang dilakukan Eiger melalui pemanfaatkan sosial media Instagram akan berpengaruh terhadap brand awareness dan brand equity. H1 : SMMA berpengaruh positif dan signifikan terhadap Brand Awareness Eiger H2 : SMMA berpengaruh signifikan terhadap Brand image Eiger Rostika (2019) pada penelitiannya menunjukan hasil signifikan dari ekuitas merek terhadap e-WOM dan e-WOM akan meningkat positif karena dipengaruhi ekuitas merek. Penelitian yang dilakukan oleh Rostika (2019) menyebutkan bahwa secara positif dan signifikan e-WOM dipengaruhi oleh brand awareness, dan pada penelitian ini juga ditemukan bahwa brand image berpengaruh terhadap e-WOM. Maka diasumsikan bahwa eWOM pada konsumen Eiger dipengaruhi oleh ekuitas merek. Dengan asumsi inilah, diusulkan hipotesis sebagai berikut : H3 : Brand awareness berpengaruh positif dan signifikan terhadap e-WOM Eiger H4 : Brand image berpengaruh positif dan signifikan terhadap e-WOM Eiger. Disebutkan bahwa brand awareness dan brand image secara signifikan mempengaruhi penciptaan nilai dan komitmen (Godey et al., 2016). Berdasarkan hasil penelitian terdahulu, dan teori yang ditemukan oleh para ahli maka diduga antara brand awareness dan brand image berpengaruh terhadap komitmen pelanggan Eiger. Dengan asumsi ini diusulkan hipotesis sebagai berikut :

H5 : Brand awareness berpengaruh positif dan signifikan terhadap Komitmen Eiger H6 : Brand image berpengaruh positif dan signifikan terhadap Komitmen Eiger Dari penjelasan diatas ditemukan kerangka pemikiran yang diadaptasi dari Seo dan Park (2018)sebagai berikut: 2.3 Metode Penelitian Metode penelitian adalah Kuantitatif dengan tujuan konklusif dengan menggunakan SEM atau structural aquation modelling sebagai model analsis data dan software Lisrel 8.8 sebagai alat untuk mengolah data. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 210 dengan syarat merupakan followers instagram Eiger dan pernah membeli produk Eiger. Pengumpulan data menggunakan penyebaran kuesoner melalui google form. 3. Hasil Penelitian 3.1 Karakteristik Responden Dalam penelitian ini sejumlah 210 responden merupakan followers instagram Eiger dan juga pernah membeli produk Eiger . Artinya 100% responden pada penelitian pernah melakukan pembelian produk Eiger dan memfollow instagram Eiger. Berdasarkan jenis kelamin Sejumlah 40% dari 210 responden berjenis kelamin perempuan dengan jumlah 85 responden, sisanya 60% atau sebanyak 125 reponden berjenis kelamin laki-laki. Berdasarkan usia, pada penelitian ini dikelompokkan menjadi enam kelompok yaitu 11-17 tahun dengan jumlah responden 7 orang atau sekitar 3%. Kelompok usia 18-25 tahun berjumlah 192 responden atau 91% daro total reponden, ketiga adalah kelompok usia 26 sampai 32 tahun dengan jumlah responden sebanyak 5 responden atau 2% dari total responden pada penelitian ini. Keempat adalah kelompok usia 33 sampai 40 tahun dengan jumlah responden sebanyak lima orang atau 2% dan yang terakhir adalah usia diatas 40 tahun dengan nol responden. Responden berdasarkan pendidikan terakhirnya dikelompokan menjadi lima kelompok, yang pertama adalah kelompok SMP sederajat dengan jumlah responden nol. Kelompok SMA Sederajat dengan jumlah responden 133 reponden atau 63% daro total responden, yang ketiga adalah Sarjana dengan jumlah responden 63 atau 30% daro total reponden dari penelitian ini, yang berikutnya adalah S2/S3 dengan jumlah 0 responden dan yang trakhir lainnya dengan jumlah 14 responden atau 7% dari total responden pada penelitian ini. Terdapat empat kategoru profesi dalam penelitian ini, yang pertama adalag Pelajar atau mahsiswa dengan jumlah responden sebanyak 129 orang atau 61% dari total responden pada penelitian ini, jumlah responden yang berprofesi PNS sebanyak 6 responden atau 3% dari total responden, kemudian pegawai swasta sebanyak 32 orang atau 15% dan lainnya sebanyak 41 responden atau 20% dari total responden. Dan 87% responden membeli produk Eiger untuk memenuhi kebutuhan berpetualang mereka. 3.2 Uji Validitas, Reabilitas dan Kecocokan MOdel Tabel berikut menunjukan nilai T-Value dan Li atau loading factor yang akan digunakan untuk menghitung validitas menggunakan AVE atau avarage variance extracted dan rumus CR untuk menghitung reabilitas sebagai berikut:

Dari tabel diatas didapatkan informasi bahwa setelah dilakukan uji validitas dan reabilitas semua indikator yang ada disebutkan valid dan reliabel. Selanjutnya akan dilakukan uji kecocokan model dengan hasil sebagai berikut: Dari tabel diatas diperoleh informasi bahwa instrumen dalam penelitian ini dapat digunakan berdasarkan hasil uji kecocokan model seperti diatas. 4. Pembahasan Dalam melakukan pengujian hipotesis diperlukan nilai T-Value dan koefisien regresi. Dimana nilai TValue berada diatas 1.96 maka hubungan ini berpengaruh secara signifikan dan koefisien regresi menggambarkan kekuatan antar variabel yang saling mempengaruhi. Dalam penelitian ini ditemukan nilai T-Value dan koefisien regresi sebagai berikut: Hipotesis Koefisien Regresi T-Value Hasil H1 : SMMA berpengaruh positif dan signifikan terhadap Brand Awareness Eiger 0.46 4.71 H1 Diterima H2 : SMMA berpengaruh positif dan signifikan terhadap Brand image Eiger 0.71 8.86 H2 Diterima

H3 : Brand awareness berpengaruh positif dan signifikan terhadap e-WOM Eiger -0.08 -1.06 H3 Ditolak H4 : Brand image berpengaruh positif dan signifikan terhadap e-WOM Eiger 0.93 8.40 H4 Diterima H5 : Brand awareness berpengaruh positif dan signifikan terhadap Komitmen Eiger 0.14 2.21 H5 Diterima H6: Brand image berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap komitmen Eifer 0.46 5.28 H6 Diterima Dari tabel diatas lima dari enak hipotesis diterima karena nilai T-Value lebih dari 1.96. satu hipotesis ditolak karena nilai T-Value tidak memenuhi syarat . setelah dilakukan pengolahan data menggunakan Lisrel diperoleh persamaan model sebagai berikut: No Persamaan Struktural 1 BAW = 0.46*SMMA, Errorvar.= 0.79 , R² = 0.21 2 BIM = 0.71*SMMA, Errorvar.= 0.49 , R² = 0.51 3 EWM = - 0.081*BAW + 0.93*BIM, Errorvar.= 0.52 , R² = 0.61 4 CMT = 0.14*BAW + 0.46*BIM + 0.38*SMMA, Errorvar.= 0.28 , R² = 0.72 Dari tabel diatas dijelaskan bahwa Social media marketing activity atau yang disingkat dengan SMMA berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap Brand Awareness, dengan koefisien regresi yang dimiliki bernilai 0.46 dan nilai T-Value 4.71 lebih besar dari 1.96. Dari persamaan menjelaskan bahwa R2 dalam persamaan ini sebesar 0.21 yang berarti 21% kemampuan SMMA menjelaskan Brand Awareness. Dari nilai koefisien regresi sebesar 0.46 berarti apabila SMMA meningkat atau mengalami perubahan 10% maka brand awareness juga akan mengalami perubahan sebesar 4.6% . Apabila Eiger ingin melakukan perubahan atau kenaikan terhadap brand awarness maka dapat dilakukan dengan menaikan SMMA yang akan menciptakan perubahan 4.6% terhadap 10% perubahan yang dilakukan pada SMMA. Persamaan kedua nilai koefisien regresinya bernilai 0.71, nilai koefisien regresi ini berarti bahwa kekuatan pengaruh antar variabel yang kuat karena nilai mendekati satu. Nilai koefisien regresi ini berarti bahwa SMMA dalam mempengaruhi brand image memiliki kekuatan 0.71 yang berarti apabila SMMA bertambah 10% maka brand image akan berubah sebanyak 7.1%. Apabilai Eiger menginginkan kenaikan terhadap brand image dapat dilakukan melalui SMMA, dengan kenaikan yang terjadi pada SMMA maka akan mempengaruhi brand image.

Persamaan ketiga persamaan ini menjelaskan bahwa E-WOM dipengaruhi oleh brand image karena diketahui nilai T-Value sebesar 8.80 lebih besar dari 1.96. kemudian nilai koefisien brand image terhadap E-WOM sebesar 0.93 yang berarti pengaruh antar variabel tinggi karena nilai sudah mendekati satu. Dari persamaan ini diperoleh informasi berdasarkan nilai koefisien regresi apabila nilai brand image dinaikan 10% makan nilai eWOM akan berubah sebanyak 9.3% maka dari persamaan ini disimpulkan apabila Eiger menginginkan kenaikan e-WOM pada merek Eiger dapat dinaikan dengan cara menaikan brand image Eiger. Persamaan keempat atau trakhir dalam penelitian menginformasikan hubungan pengaruh antara brand awareness dan brand image terhadap commitment. Dari persamaan ini diketahui bahwa brand awareness dan brand image berpengaruh terhadap commitment dilihat dari nilai T-Value yang lebih dari 1.96 . Nilai koefisien regresi brand awareness terhadap commitment sebesar 0.14 sedangkan nilai koefisien regresi antara brand image terhadap commitment sebesar 0.46. nilai koefisien regresi menjelaskan mengenai kekuatan pengaruh antar variabel, maka dari nilai ini diperoleh informasi apabila brand awareness naik 10% atau mengalami perubahan sebesar 10% maka commitment akan mengalami perubahan sebesar 1.4% dan apabila brand image berubah sebanyak 10% maka commitment juga akan mengalami perubahan sebanyak 4.6%. dengan persamaan ini dapat disimpulkan bahwa apabila Eiger menginginkan kenaikan terhadap commitment maka bisa dilakukan dengan menaikan brand awareness dan juga brand image. 5. Kesimpulan Tujuan dalam penelitian ini untuk mengetahui pengaruh social media marketing activity melalui instagram Eiger terhadap brand awareness, brand image dan respon konsumen merek Eiger. Untuk menjawab tujuan ini telah diperoleh 210 responden yang merupakan followers instagram Eiger dan dilakukan analisis data menggunakan structural equation modeling (SEM) serta software lisrel 8.8 alat pengolahan data. Setelah dilakukan pengolahan data dan analisis data, ditemukan kesimpulan sebagai berikut: 1. Social media marketing activity melalui sosial media instagram Eiger berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap brand awareness. Temuan ini dapat menjelaskan bahwasanya aktifitas pemasaran yang dilakukan Eiger melalui sosial media instagramnya dapat membangun Brand Awareness Eiger ditengah konsumen. 2. Social media marketing activity melalui sosial media instagram Eiger berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap brand image. Temuan ini dapat menjelaskan bahwasanya aktifitas pemasaran yang dilakukan Eiger melalui sosial media instagramnya dapat membangun meningkatkan brand image yang baik ditengah konsumen. 3. Brand awareness dan brand image berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap commitment pelanggan merek Eiger. Dapat disimpulkan dari temuan ini bahwasanya Brand awareness dan brand image yang terbangun pada Eiger menimbulkan commitment pada pelanggan, yang membuat pelanggan berharap Eiger dapat melakukan yang terbaik dalam jangka waktu yang panjang. 4. Brand image berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap E-WOM merek Eiger. Dari sini diperoleh informasi bahwasanya dengan brand image yang dibangun oleh Eiger akan mempengaruhi e-WOM 5. Dimensi yang paling berpengaruh pada Social media marketing activity atau SMMA adalah Preceived Risk, yang berarti bahwa Eiger dalam menjalankan SMMA Eiger perlu memberkan informasi yang dapat meminimalisir kehawatiran yang ada dalam pelanggan. Karena menurut Seo & Park (2018) kehawatiran tentang resiko ini bisa diminimalisir dengan pemasaran melalui media sosial. Berdasarkan temuan dalam penelitian ini, penulis memberikan saran sebagai berikut : 1. SMMA berpengaruh terhadap brand awareness dan brand image,artinya apabila Eiger dapat meningkatkan brand awareness dan brand image dengan cara meningkatkan kegiatan SMMA. 2. Untuk membangun e-WOM diperlukan brand image yang baik, apabila brand image ditingkatkan maka konsumen dapat memberikan opini yang posisitf, dan juga rekomendasi terhadap teman-teman media sosialnya. Dengan membangun brand image maka Eiger dapat memperkuat E-WOM. 3. Untuk memperoleh commitment pelanggan Eiger dapat memanfaatkan brand awareness dan brand image untuk membangun commitment pelanggan Eiger. Dengan membangun brand awareness dan brand image maka commitmen pelanggan akan terbangun juga dengan begitu pelanggan merasa bangga,suka terhadap produk Eiger serta mengharapkan Eiger selalu melakukan yang terbaik untuk jangka waktu yang panjang.

4. Dalam penelitian ini ditemukan informasi mengenai karakteristik followers instagram Eiger yang memiliki kehawatiran terhadap produk Eiger, sehingga mereka menyukai konten instagram yang menjawab kehawatiran mereka. Artinya Eiger dalam membangun SMMA dapat memberikan konten yang bersifat menjawab kehawatiran konsumen Eiger, dengan begitu SMMA instagram Eiger dapat meminimalisir kehawatiran konsumen serta konsumen akan yakin untuk menggunakan produk Eiger. Selanjutnya adalah saran teoritis bagi peneliti selanjutnya: 1. sebaiknya peneliti berikutnya dapat melakukan penelitian terhadap industry lain agar memperoleh temuan lain mengenai karakteristik masyarakat Indonesia dalam menyikapi social media marketing activity. 2. Penelitian ini hanya mengambil satu merek pada satu industry saja, dan dalam penelitian ini juga hanya mengambil satu social media sebagai media pemasaran. Diharapkan pada penelitian selanjutnya dapat melakukan penelitian pada social media lainnya. 3. penelitian ini hanya meneliti pengaruh SMMA terhadap brand image,brand awareness dan respon konsumen, harapannya penelitian selanjutnya dapat dilakukan penambahan variabel yaitu keputusan pembelian untuk mengetahui keputusan akhir pelanggan Referensi Abzari, M., Ghassemi, R. A., & Vosta, L. N. (2014). Analysing the Effect of Social Media on Brand Attitude and Purchase Intention: The Case of Iran Khodro Company. Procedia - Social and Behavioral Sciences, 143, 822–826. https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2014.07.483 Adriana, I. L., & Widodo, T. (2019). PERAN BRAND AWARENESS DAN BRAND IMAGE DALAM MEMEDIASI PENGARUH SOCIAL MEDIA MARKETING ACTIVITY TERHADAP E-WOM DAN KOMITMEN PELANGGAN TOKOPEDIA. 7(2), 28–35. Ahmad, N. S., Musa, R., & Harun, M. H. M. (2016). The Impact of Social Media Content Marketing (SMCM) towards BraAhmad, N. S., Musa, R., & Harun, M. H. M. (2016). The Impact of Social Media Content Marketing (SMCM) towards Brand Health. Procedia Economics and Finance, 37(16), 331–336. https://doi.org/10. Procedia Economics and Finance, 37(16), 331–336. https://doi.org/10.1016/s2212-5671(16)30133-2 Anupama Jayasuriya, N., & Ferdous Azam, S. M. (2017). The Impact of Social Media Marketing on Brand Equity: A Study of Fashion-Wear Retail in Sri Lanka. In International Review of Management and Marketing (Vol. 7, Issue 5, pp. 178–183). http:www.econjournals.com Balakrishnan, B. K. P. D., Dahnil, M. I., & Yi, W. J. (2014). The Impact of Social Media Marketing Medium toward Purchase Intention and Brand Loyalty among Generation Y. Procedia - Social and Behavioral Sciences, 148, 177–185. https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2014.07.032 Chow, H. wen, Ling, G. J., Yen, I. yin, & Hwang, K. P. (2017). Building brand equity through industrial tourism. Asia Pacific Management Review, 22(2), 70–79. https://doi.org/10.1016/j.apmrv.2016.09.001 Erdoğmuş, İ. E., & Çiçek, M. (2012). The Impact of Social Media Marketing on Brand Loyalty. Procedia - Social and Behavioral Sciences, 58, 1353–1360. https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2012.09.1119 Godey, B., Manthiou, A., Pederzoli, D., Rokka, J., Aiello, G., Donvito, R., & Singh, R. (2016). Social media marketing efforts of luxury brands: Influence on brand equity and consumer behavior. Journal of Business Research, 69(12), 5833–5841. https://doi.org/10.1016/j.jbusres.2016.04.181 Grizane, T., & Jurgelane, I. (2016). Social Media Impact on Business Evaluation. Procedia Computer Science, 104(December 2016), 190–196. https://doi.org/10.1016/j.procs.2017.01.103 Gulbahar, M. O., & Yildirim, F. (2015). Marketing Efforts Related to Social Media Channels and Mobile Application Usage in Tourism: Case Study in Istanbul. Procedia - Social and Behavioral Sciences, 195, 453–462. https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2015.06.489 Hair, J., Black, W. ., Babin, B. ., & Anderson, R. . (2010). Multivariate Data Analysis A Globa Perspective. 7th Edition. Indrawati. (2015). Metode Penelitian Manajemen dan Bisnis Konvergensi Teknologi Komunikasi dan Informasi. Bandung: PT Refika Aditama. Jalilvand, M. R., & Samiei, N. (2012). The effect of electronic word of mouth on brand image and purchase intention: An empirical study in the automobile industry in Iran. Marketing Intelligence and Planning, 30(4), 460–476. https://doi.org/10.1108/02634501211231946 Kavisekera, S., & Abeysekera, N. (2016). Effect of Social Media Marketing on Brand Equity of Online Companies.

Management & Marketing, 14(2), 201–2016. Kim, A. J., & Ko, E. (2012). Do social media marketing activities enhance customer equity? An empirical study of luxury fashion brand. Journal of Business Research, 65(10), 1480–1486. https://doi.org/10.1016/j.jbusres.2011.10.014 Latan, H. (2012). Structural Equation Modeling: Konsep dan Aplikasi Menggunakan Program Lisrel 8.80. Bandung: Alfabeta. Marta, R. F., & Monica William, D. M. W. (2016). Studi Terpaan Media Pemasaran Melalui Posting Instagram Terhadap Ekuitas Merek Pelanggan Sumoboo! Jurnal Komunikasi Untar, 8(1), 68–82. Ramadhita, Y. M., & Widodo, T. (2019). PENGARUH AKTIVITAS PEMASARAN VIA MEDIA SOSIAL TERHADAP PURCHASE INTENTION PADA INDUSTRI E- COMMERCE : BRAND EQUITY SEBAGAI VARIABEL INTERVENING ( STUDI PADA LAZADA INDONESIA ). ROSID, M. M., & WIDYASTUTI, W. (2018). Pengaruh Elemen – Elemen Brand Equity terhadap Keputusan Pembelian Konsumen Produk Eiger. BISMA (Bisnis Dan Manajemen), 4(2), 185. https://doi.org/10.26740/bisma.v4n2.p185-201 Rostika, R. (2019). ANALISIS PENGARUH SOCIAL MEDIA MARKETING TERHADAP RESPON KONSUMEN. 1–10. Seo, & Park. (2018). A study on the effects of social media marketing activities on brand equity and customer response in the airline industry. Journal of Air Transport Management, 66(August 2017), 36–41. https://doi.org/10.1016/j.jairtraman.2017.09.014  

PENGARUH PROMOSI BERBASIS SOSIAL MEDIA TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN PRODUK JASA PEMBIAYAAN KENDARAAN PADA PT. BFI FINANCE JAMBI

 PENGARUH PROMOSI BERBASIS SOSIAL MEDIA TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN PRODUK JASA PEMBIAYAAN KENDARAAN PADA PT. BFI FINANCE JAMBI 

Novita Ekasari Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Jambi Kampus Pinang Masak Jl. Raya Jambi – Ma. Bulian KM.15 Mendalo Darat Jambi 36161 ABSTRAK Seiring dengan pertumbuhan ekonomi dan perkembangan teknologi, maka dunia usaha pun mengalami perkembangan yang pesat dengan munculnya berbagai perusahaan yang berusaha menciptakan produk dan jasa guna memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen. Maraknya penggunaan sosial media misal: Facebook, Twitter dan forum komunikasi sosial media yang lain mau tak mau memaksa perusahaan meningkatkan model ber-komunikasi. Perangkat Social media ini adalah hal yang lumrah selalu bersentuhan dengan aktivitas kita terutama bagi para pengguna internet. Promosi merupakan salah satu unsur dari bauran pemasaran (marketing mix), disamping penetapan harga jual, produk, dan distribusi. Promosi sangat berpengaruh terhadap usaha perusahaan untuk mencapai volume penjualan yang maksimal, karena meskipun produk yang ditawarkan sudah baik, relatif murah serta mudah untuk diperoleh, jika tidak disertai promosi yang baik, maka tingkat penjualan tidak akan memadai. Salah satu upaya yang dilakukan oleh PT BFI Finance untuk meningkatkan penjualan produk pembiayaan yaitu dengan menggunakan promosi pemasaran berbasis social media dengan cara memperkenalkan produknya kepada masyarakat dengan memasang iklan melalui media internet dengan menggunakan jejaring sosial yang sangat digemari oleh masyarakat, disertai dengan pembagian merchandise untuk memberikan informasi yang akurat dan jelas serta pelayanan yang optimal/total terhadap konsumen. Maraknya bisnis finance atau pembiayaan konsumen (consumer finance) menimbulkan banyaknya pesaing-pesaing baru yang bermunculan di jambi dan tidak hanya menawarkan differensiasi tetapi juga sumber pendanaan yang kuat, seperti Astra Credit Company, Tunas Finance, Dipo star finance, Clipan finance dan lain sebagainya sehingga dengan semakin banyaknya kompetitor maka PT BFI Finance harus mampu menjaring konsumen dengan jangkauan yang lebih luas, dengan menggunakan media jejaring sosial yang sedang marak akhir-akhir ini, diantaranya dengan menggunakan media sosial facebook, twitter dan line chat, diharapkan dapat menjadi sarana menjaring konsumen potensial bagi perusahaan. Kata Kunci : Promosi, sosial media, keputusan pembelian .

PENDAHULUAN 

Latar Belakang

Seiring dengan pertumbuhan ekonomi dan perkembangan teknologi,maka dunia usaha pun mengalami perkembangan yang pesat dengan munculnya berbagai perusahaan yang berusaha menciptakan produk dan jasa guna memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen. 

Perkembangan pesat dalam dunia usaha juga memberikan gambaran tentang kesejahteraan masyarakat yang semakin meningkat, kesejahteraan yang meningkat ini akan meningkatkan pula daya beli masyarakat atau konsumen. Tetapi pada sisi lain perkembangan itu menyebabkan timbulnya persaingan yang semakin ketat pada dunia usaha dewasa ini. Perusahaan yang pada mulanya memiliki pangsa pasar yang besar, serta daerah pemasaran yang luas, kini dituntut untuk bekerja lebih efisien dan efektif serta tanggap mengantisipasi pasar yang akan mereka masuki baik pada saat ini maupun pada saat yang akan datang. Dalam usaha mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan, salah satu persoalan yang cukup penting dalam suatu perusahaan adalah aspek pemasaran, yaitu bagaimana supaya barang atau jasa dapat terjual dan memberikan kepuasan kepada konsumen. Setiap perusahaan akan menganut sistem pemasaran yang berbeda-beda tergantung dari kebutuhan dan besar kecilnya perusahaan tersebut. Secara teoritik kebijaksanaan yang ditempuh oleh setiap perusahaan untuk memasarkan hasil produksinya adalah kombinasi dari empat kegiatan pemasaran yang dikenal dengan bauran pemasaran atau marketing mix. pengertian bauran pemasaran seperti yang terdapat dalam buku Rambat Lupiyoadi (2001:56) yaitu : “Bauran pemasaran merupakan alat (tools) atau alat bagi pemasaryang terdiri dari berbagai elemen suatu program pemasaran yang perlu dipertimbangkan agar implementasi strategi pemasaran dan positioning yang diterapkan berjalan sukses”. Menurut Kotler (2009:23) mendefinisikan bahwa bauran pemsaran adalah sebagai perangkat alat pemasaran yang digunakan perusahaan untuk nmengejar pemasarannya. Variabel- variabel marketing mix terdiri atas bagaimana menciptakan produk, penetapan harga, pelaksanaan promosi dan pemilihan saluran distribusi Promosi merupakan salah satu unsur dari bauran pemasaran (marketing mix), disamping penetapan harga jual, produk, dan distribusi. Promosi sangat berpengaruh terhadap usaha perusahaan untuk mencapai volume penjualan yang maksimal, karena meskipun produk yang ditawarkan sudah baik, relatif murah serta mudah untuk diperoleh, jika tidak disertai promosi yang baik, maka tingkat penjualan tidak akan memadai. Dikemukakan oleh Kotler- Keller (2008:06), bahwa pemasaran adalah: “Suatu proses sosial yang di dalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain”. Kini era social media secara pelan namun pasti telah ‘memaksa’ banyak perusahaan mengubah cara mereka berkomunikasi. Maraknya penggunaan sosial media misal: Facebook, Twitter dan forum komunikasi sosial media yang lain mau tak mau memaksa perusahaan meningkatkan model ber-komunikasi. Perangkat Social media ini adalah hal yang lumrah selalu bersentuhan dengan aktivitas kita terutama bagi para pengguna internet.

Tabel Pengguna Facebook di 10 kota besar di Indonesia Sumber :( http://candraadiputra.blogspot.com/2012/07/statistik-penggunafacebook-indonesia.html ) Jejaring sosial yang saat ini biasa digunakan untuk memasarkan produk antara lain Facebook, Twitter dan Kaskus. Dengan melalui jejaring sosial tersebut akan terbentuk strategi komunikasi pemasaran yang efektif yaitu Word of Mouth dimana muncul secara natural dari pendapat lingkungan sosial yang dirasa lebih jujur dan tidak ada motif-motif tertentu dalam menyampaikan suatu informasi kepada konsumen lainnya. Promosi merupakan salah satu unsur dari bauran pemasaran (marketing mix), disamping penetapan harga jual, produk, dan distribusi. Promosi sangat berpengaruh terhadap usaha perusahaan untuk mencapai volume penjualan yang maksimal, karena meskipun produk yang ditawarkan sudah baik, relatif murah serta mudah untuk diperoleh, jika tidak disertai promosi yang baik, maka tingkat penjualan tidak akan memadai. Suatu usaha jika ingin mencapai tingkat penjualan yang maksimal, perusahaan dapat memakai beberapa macam bauran promosi (Kotler, 2002:644) yaitu : periklanan (Advertising), promosi penjualan (Sales promotion), hubungan masyarakat dan publisitas (Public relations), penjualan personal (Personal selling), dan pemasaran langsung (Direct marketing). Namun dari semua hal yang diharapkan dari promosi, perlu pula dipertimbangkan apakah biaya yang dikeluarkan oleh kegiatan promosi itu dapat memberikan pengaruh yang besar terhadap peningkatan penjualan dan sampai sejauh mana promosi itu dapat menarik konsumen untuk membeli produk yang ditawarkan. Efektivitas promosi sangat tergantung dari pemilihan bentuk promosi yang diperlukan terhadap produk yang dipasarkannya. Suatu jenis produk tertentu memerlukan bentuk promosi tertentu pula dan jenis promosi yang lain harus dipergunakan bentuk promosi yang lain pula. Dengan kata lain tidak semua bentuk promosi dapat cocok dan menjamin keberhasilan promosi tersebut apabila tidak sesuai dengan kondisi yang dimiliki oleh suatu produk. Oleh karena itu, harus dicari suatu bentuk promosi yang sesuai dengan kondisi suatu produk yang akan dipromosikan.

Demikian halnya dengan PT. BFI Finance yang bergerak dalam bisnis jasa pembiayaan kendaraan bermotor, berusaha untuk mempertahankan pangsa pasarnya sehingga produk yang di tawarkan oleh perusahaan dapat terus dipertahankan bahkan ditingkatkan. Ada berbagai produk jasa pembiayaan yang ditawarkan oleh PT BFI Finance Jambi , diantaranya yaitu pembiayaan konsumen yang dapat didefinisikan secara umum sebagai produk jasa pembiayaan kendaraan roda empat baru melalui dealer, kendaraan roda empat bekas melalui dealer dan non dealer, serta kendaraan roda dua bekas non dealer. Pembiayaan kendaraan roda empat yang berasal dari rekanan dealer di sebut Kredit Cicilan Mobil (KCM)telah menjadi bisnis inti di BFI selama lebih dari 20 tahun. Produk ini menyediakan pembiayaan untuk kendaraan roda empat baru dan bekas. Salah satu upaya yang dilakukan oleh PT BFI Finance untuk meningkatkan penjualan produk pembiayaan yaitu dengan menggunakan promosi pemasaran berbasis social media dengan cara memperkenalkan produknya kepada masyarakat dengan memasang iklan melalui media internet dengan menggunakan jejaring sosial yang sangat digemari oleh masyarakat, disertai dengan pembagian merchandise untuk memberikan informasi yang akurat dan jelas serta pelayanan yang optimal/total terhadap konsumen Dengan promosi pemasaran tersebut diharapkan produk yang dihasilkan akan dikenal oleh masyarakat luas dan membangun merk yang kuat serta memiliki identitas yang dapat menggambarkan suatu value yang akan menancap dalam benak konsumen, serta dapat menarik minat beli konsumen atau calon pembeli sehingga tercapai tujuan perusahaan yaitu meningkatkan volume pembiayaan konsumen, serta menjadikannya posisi leader di pasar. Maraknya bisnis finance atau pembiayaan konsumen (consumer finance) menimbulkan banyaknya pesaing-pesaing baru yang bermunculan di jambi dan tidak hanya menawarkan differensiasi tetapi juga sumber pendanaan yang kuat, seperti Astra Credit Company, Tunas Finance, Dipo star finance, Clipan finance dan lain sebagainya sehingga dengan semakin banyaknya kompetitor maka PT BFI Finance harus mampu menjaring konsumen dengan jangkauan yang lebih luas, salah satunya dengan menggunakan media jejaring sosial, diantaranya dengan menggunakan media sosial facebook, twitter dan line chat. Berdasarkan dari uraian diatas penulis terdorong untuk menulis penelitian di bidang pemasaran yang memusatkan penelitian pada perilaku pembelian konsumen pada produk jasa kredit kendaraan bermotor pada PT BFI Finance di Jambi, dan mengangkat judul “ Pengaruh Promosi Berbasis Sosial Media Terhadap Keputusan Pembelian Produk Jasa Pembiayaan Kendaraan Pada PT BFI Finance jambi.” Rumusan masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan sebelumnya maka rumusan masalah dalam penulisan ini adalah sebagai berikut : 1. Apakah variabel personal relevance, interactivity, message, brand familiarity berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian konsumen dalam memilih produk pembiayaan kendaraan bermotor di PT BFI Finance Jambi.

2. Diantara variabel personal relevance, interactivity, message, brand familiarity, manakah yang dominan mempengaruhi perilaku pengambilan keputusan konsumen dalam memilih produk pembiayaan kendaraan bermotor di PT BFI Fianace Jambi. METODE PENELITIAN Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan sebagai berikut : 1. Data Kualitatif Data yang diperoleh dalam bentuk informasi, baik secara lisan maupun tulisan yang antara lain berupa sejarah perusahaan dan penjelasan lain serta diperlukan dalam penulisan. 2. Data Kuantitatif Data yang diperoleh dalam bentuk angka yang dapat dihitung. Data ini diperoleh dari perhitungan kuisioner yang berhubungan dengan masalah yang dibahas dalam skripsi ini. Adapun sumber data yang digunakan sebagai berikut : a. Data Primer Data yang diperoleh dengan mengumpulkan langsung dari objek penelitian, yaitu menyebarkan secara langsung kuisioner kepada responden yang terpilih. b. Data sekunder Data yang berupa informasi tertulis maupun tidak tertulis yang diperoleh dari perusahaan, internet, majalah, koran, dan buku-buku yang berhubungan dengan penelitian ini. Teknik Pengumpulan Data Adapun metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Wawancara Komunikasi atau pembicaraan dua arah yang dilakukan oleh peneliti dan responden untuk menggali informasi yang relevan dengan tujuan penelitian. 2. Kuisioner Pengumpulan data dengan menggunakan daftar pertanyaan yang telah dibuat dalam rangka memperoleh data dalam penelitian, dimana kuisioner tersebut diajukan hal-hal yang relevan dan berkaitan dengan tujuan penelitian. 3. Studi Pustaka Teknik pengumpulan data dengan mengumpulkan data melalui buku-buku, literatur-literatur, berbagai artikel yang dicari melalui website,majalah, maupun koran yang berkaitan dengan penelitian ini. 4. Observasi Pengamatan secara langsung yang dilakukan oleh penulis terhadap objek penelitian guna memperoleh bahan dan data-data yang diperlukan. Populasi dan Sampel Sugiyono (2010 : 115) mengemukakan bahwa populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek, yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Sedangkan sampel, menurut Sugiyono (2010 : 116) adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Pada penelitian ini, penulis menjadikan konsumen PT BFI Finance Jambi sebagai populasi dalam peneltian ini.. Prosedur yang kemudian digunakan untuk pengumpulan data adalah teknik probability sampling, yaitu teknik sampling yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. Kemudian digunakan metode Simple Random Sampling, yaitu pengambilan sampel anggota populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu. Cara demikian dilakukan karena anggota populasi dianggap homogen. Dikarenakan jumlah populasinya tidak diketahui secara pasti maka untuk menentukan besarnya sampel yaitu dengan menggunakan rumus Unknown Populations: (Frendy 2011:53) = Keterangan : n = ukuran sampel Z = tingkat keyakinan sampel yang dibutuhkan dalam penelitian, pada α = 5% (derajat keyakinan ditentukan 95%) maka Z = 1,96 µ = margin of error, tingkat kesalahan yang dapat ditolerir (ditentukan 10%) Dengan menggunakan rumus diatas, maka diperoleh perhitungan sebagai berikut : = 4 = 1,96 4(0,1) n = 96,4 ≈ 100 responden Dari hasil perhitungan tersebut maka diketahui besar sampel yang diperlukan adalah 100 responden. Model dan Teknik Analisis Analisis statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi berganda (Sugiyono, 2005). Adapun penggunaan analisis regresi berganda bertujuan untuk menghitung besarnya pengaruh secara kuantitatif dari suatu perubahan kejadian (variabel X) terhadap kejadian lainnya (variabel Y), dimana dalam penelitian ini dikonversikan untuk menguji ada tidaknya pengaruh bauran pemasaran jasa terhadap keputusan pembelian konsumen dalam memilih produk pembiayaan pada PT BFI Finance. Analisis regresi berganda seperti yang dikutip dalam Sugiyono (2005:261), yaitu: Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + e Keterangan: Y = Variabel Dependen, yaitu keputusan pembelian konsumen X1 = Variabel Independen, yaitu personal relevance X2 = Variabel Independen, yaitu interactivity X3 = Variabel Independen, yaitu message X4 = Variabel Independen, brand familiarity a = Intersep, konstanta yang merupakan rata-rata nilai Y pada saat ini nilai X1, X2, X3, X4, dan X5 = 0.

b1 = Koefisien regresi parsial yang dipakai untuk mengukur nilai ata-rata Y tiap unit perubahan dalam X1 dengan menganggap X2, X3, dan X4 konstan. b2 = Koefisien regresi parsial yang dipakai untuk mengukur nilai ata-rata Y tiap unit perubahan dalam X2 dengan menganggap X1, X3, dan X4 konstan. b3 = Koefisien regresi parsial yang dipakai untuk mengukur nilai ata-rata Y tiap unit perubahan dalam X3 dengan menganggap X1, X2, dan X4 konstan. b4 = Koefisien regresi parsial yang dipakai untuk mengukur nilai ata-rata Y tiap unit perubahan dalam X4 dengan menganggap X1, X2, dan X3 konstan. e = Standard Error, menunjukkan bagaimana tingkat fluktuasi dari penduga atau statistik. Teknik analisis yang digunakan sesuai dengan model di atas adalah regresi berganda dimana nilai variabel dependen dapat diperoleh dari hasil survei yang perhitungannya akan menggunakan skala likert. Cara pengukurannya adalah menghadapkan seorang responden dengan sebuah pertanyaan dan kemudian diminta untuk memberikan jawaban. Data yang berhasil dikumpulkan dari kuisioner selanjutnya akan diukur dengan pengukuran data ordinal dengan bobot hitung sampai 5, dengan kategori sebagai berikut : a. Sangat setuju dengan point 5. b. Setuju dengan point 4. c. Netral dengan point 3. d. Tidak setuju dengan point 2. e. Sangat tidak setuju dengan point 1. Nilai rata-rata dari masing-masing responden dapat dikelompokkan dalam kelas interval, dengan jumlah kelas 5 (lima). Intervalnya dapat dihitung sebagai berikut: Interval = ( )–( = = 80 Dari skala tersebut, skala distribusi kriteris penilaian terhadap jawaban rsponden adalah : a. 100 – 180 = Sangat tidak setuju b. 181 – 260 = Tidak setuju c. 261 – 340 = Netral d. 341 – 420 = Setuju e. 421 – 500 = Sangat setuju Uji Validitas dan Uji Realibilitas Uji Validitas Uji Validitas digunakan untuk mengukur sah atau tidaknya suatu kuesioner. Suatu keusioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan suatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Uji validitas dihitung dengan membandingkan nilai r tabel. Jika r hitung > dari r tabel ( pada taraf signifikan 10% ) maka pertanyaan tersebut dinyatakan valid. Cara melihat tabel ialah dengan melihat baris N-2. Untuk uji validitas penulis menggunakan bantuan program SPSS .

Uji Realibilitas Uji realibilitas adalah suatu indeks yang menunjukkan sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya. Suatu kuesioner dinyatakan reliable atau handal jika jawaban seoang terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu ( Ghozali, 2001 ). Untuk uji realibilitas penulis menggunakan bantuan program SPSS. Dalam penelitian ini, uji realibilitas dilakukan dengan ,melihat hasil perhitungan nilai cronbach alpha ( α ). Suatu variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai cronbach alpha ( α ) > 0,6 yaitu bila dilakukan penelitian ulang dengan waktu dan dimensi yang berbeda akan menghasilkan kesimpulanyang sama. Tetapi sebaliknya bila alpha <0,6 maka dianggap kurang handal, artinya bila varibel-variabel tersebut dilakukan penelitian ulang dengan waktu dan dimensi yang berbeda akan menghasilkan kesimpulan yang berbeda. Operasional Variabel Variabel Definisi Operasional Indikator Personal relevance ( 1) Membangun hubungan personal dengan konsumen. Campbell and wright (2008) dalam tesis yang ditulis oleh Astrid, Dewi Kusumastuti. 2009. Sikap Terhadap Iklan Pada Pengguna Facebook. Masterthesis: BINUS.) 1. Initiative 2. Social network 3. Relationship Interactivity ( 2 ) Intensitas interaksi antara produsen dan konsumen. Campbell and wright (2008) dalam tesis yang ditulis oleh Astrid, Dewi Kusumastuti. 2009. Sikap Terhadap Iklan Pada Pengguna Facebook. Masterthesis: BINUS.) 1. Komunikasi 2. Intensitas interaksi 3. Interaksi pasca pembelian Message ( 3 ) Bagaimana iklan dapat menyampaikan informasi yang menarik perhatian konsumen. Campbell and wright (2008) dalam tesis yang ditulis oleh Astrid, Dewi Kusumastuti. 2009. Sikap Terhadap Iklan Pada Pengguna Facebook. Masterthesis: BINUS.) 1. Kemudahan akses informasi 2. Informasi lengkap 3. Format informasi menarik dan informatif Brand familiarity ( ) Merupakan ukuran kedekatan konsumen pada brand dimana sebuah brand yang cukup 1. Well known 2. Asosiasi merek 3. Ciri khas yang dikenal akan mendapat respon positif dibandingkan brand baru.

(Campbell and wright (2008) dalam tesis yang ditulis oleh Astrid, Dewi Kusumastuti. 2009. Sikap Terhadap Iklan Pada Pengguna Facebook. Masterthesis: BINUS.) membedakan produk Keputusan Pembelian ( Y ) Keputusan pembelian merupakan suatu proses pemilihan dan penilaian dari berbagai alternatif sesuai dengan kepentingan- kepentingan tertentu dengan menetapkan suatu pilihan yang dianggap paling menguntungkan. 1. Pengenalan masalah 2. Pencarian informasi 3. Evaluasi alternatif 4. Pengambilan keputusan 5. Manfaat yang besar ( kepuasan ) HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Responden Responden (sampel) dalam penelitian ini adalah konsumen PT. BFI Finance yang berdomisili di wilayah Provinsi Jambi (sebanyak 100 orang). Penentuan responden tersebut didasarkan pada data yang diperoleh dari PT. BFI Finance area Jambi , bahwa jumlah pelanggan yang terdaftar hingga tahun 2014 diperkirakan terus bertambah setiap harinya, sehingga dengan batas kesalahan yang diinginkan sebesar 10% maka diperoleh ukuran sampel sebanyak 100 orang. Terdapat 5 karakteristik responden dalam penelitian, yaitu berdasarkan jenis kelamin, usia, pekerjaan dan jenis kredit (produk) yang diminati. Untuk memperjelas karakteristik responden yang dimaksud, maka disajikan tabel mengenai responden seperti dijelaskan berikut ini: 1. Jenis Kelamin Tabel 4. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Sumber : Data diolah, 2014 Tabel 4.1 menunjukkan bahwa dari seluruh responden yang berjumlah 100 orang, responden berjenis kelamin laki-laki sebanyak 67 orang sedangkan perempuan sebanyak 33 orang. Hal ini membuktikan bahwa konsumen lakilaki lebih banyak dibandingkan konsumen perempuan, dikarenakan laki-laki sebagai pencari nafkah dan pembuat keputusan utama di dalam rumah tangga. 

2. Usia Tabel 4. 2 Karakterisitik Responden Berdasarkan Usia Usia Frekuensi Persen tase (orang) (%) 30 - 39 tahun 37 37 40 – 49 tahun 44 44 > 50 tahun 19 19 Sumber : Data diolah, 2014 Tabel 4.2 menunjukkan bahwa responden yang berusia 30 -39 tahun sebanyak 44 orang, responden yang berusia 40-49 tahun sebanyak 37 orang, dan responden yang berusia di atas 50 tahun sebanyak 19 orang. Hal ini membuktikan bahwa usia 40-49 tahun merupakan usia paling matang secara usaha dan pekerjaan yang mempunyai minat yang paling tinggi terhadap produk pembiayaan konsumen. 3. Jenjang Pendidikan Tabel 4.3 Karakterisitik Responden Berdasarkan Jenjang Pendidikan Jenjang Pendidikan Freku ensi Persent ase (orang) (%) SMA/sederajat 56 56 Sarjana (S1) 30 30 Lain-lain 14 14 Sumber : Data diolah, 2014 Tabel 4.3 menunjukkan bahwa dari 100 orang responden, 56 orang responden berpendidikan terakhir SMA/sederajat, 30 orang merupakan Sarjana (S1), dan 14 orang lainnya berpendidikan terakhir selain SMA/sederajat dan Sarjana (S1). Hal ini membuktikan bahwa tingkat pendidikan SMA/sederajat dan Sarjana (S1) mempunyai minat lebih pada pembiayaan konsumen dikarenakan pemilik usaha kebanyakan tidak banyak yang berpendidikan tinggi sedangan karyawan yang menjadi konsumen lebih banyak didominasi oleh orang-orang yang berpendidikan S1. 4. Pekerjaan/Profesi Tabel 4.4 Karakteristik Respon den Berdasarkan Pekerjaan/ Profesi Profesi / Pekerjaan Frekuen si Persentas e (orang) (%) PNS 14 14 Karyawan Swasta 22 22 wirausaha 64 64 Sumber : Data diolah, 2014 Tabel 4.4 menunjukkan bahwa dari 100 orang responden, 14 orang diantaranya merupakan Pegawai Negeri Sipil, 22 orang adalah karyawan swasta, dan 64 orang dengan profesi/pekerjaan wirausaha. Hal ini membuktikan bahwa profesi wirausaha merupakan peminat tertinggi dikarenakan mereka banyak yang mengajukan kredit untuk kelangsungan usahanya, sedangkan profesi yang lain kecenderungannya adalah kredit kepemilikan mobil pribadi. 5. Jenis Kredit Tabel 4.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kredit Pengahsilan per bulan Frekuensi Persentase (orang) (%) Cunsumer Finance Direct (CF-D) 64 61

Consumer Finance (CF) 36 36 Sumber : Data diolah, 2014 Tabel 4.5 menunjukkan bahwa sebagian besar konsumen mengajukan kredit Consumer Finance Direct (CF- D) untuk memperoleh dana tunai bagi kegiatan usahanya, hal ini terkait dengan karakteristik konsumen berdasarkan pekerjaan juga yang menunjukkan bahwa sebagian besar pelanggan adalah wiraswasta yang memerlukan dana untuk kegiatan usaha mereka dengan menggadaikan BPKB kendaraan yang mereka miliki. Penentuan Range Survei ini menggunakan skala likert dengan bobot tertinggi di tiap pertanyaan adalah 5 dan bobot terendah adalah 1 dengan jumlah responden sebanyak 100 orang, maka: Range = Skor tertinggi - Skor terendah Range Skor Skor tertinggi : 100 x 5 = 250 Skor terendah : 100 x 1 = 50 Sehingga range untuk hasil survei yaitu : 500 – 100 = 80 5 Range skor : 100 – 180 = Sangat rendah 341 – 420 = Tinggi 181 – 260 = Rendah 420 – 500 = Sangat tinggi 261 – 340 = Cukup Perhitungan Skor Untuk melihat tanggapan responden terhadap indikator-indikator dan juga perhitungan skor variabel-variabel berikut ini, personal relevance (X1), interactivity (X2), message (X3), dan brand familiarity (X4) dapat dilihat seperti berikut ini: A. Variabel Faktor-Faktor Bauran Pemasaran Jasa 1. Personal Relevance (X1) Indikator-indikator dari 11ariable ini terbagi atas 3, dimana hasilnya adalah sebagai berikut: Tabel 4.6 Frekuensi Jawaban Variabel Personal Relevance (X1) Kode pertanyaan / Indikator Skor Nilai Indeks SS S N KS TS Kesimpulan 5 4 3 2 1 1. PT. BFI Finance berinisiatif membangun hubungan dengan konsumen dengan cara mengirim info-info produk baru. 24 57 18 1 - 404 TINGGI 2. PT. BFI Finance membangun network melalui fanpage di facebook dan akun twitter. 19 64 16 1 - 401 TINGGI 3. PT. BFI Finance membangun hubungan horizontal dengan konsumen melalui pelayanan layaknya teman. 20 49 30 1 - 388 TINGGI RATA2 402 TINGGI 

Dari data yang diperoleh di atas dapat disimpulkan bahwa tanggapan konsumen (pelanggan) terhadap PT. BFI Finance bersifat positif dimana konsumen berpendapat bahwa PT. BFI Finance merupakan perusahaan pembiayaan konsumen yang memiliki reputasi baik. Selain itu respon positif konsumen juga tercermin dari pemenuhan kebutuhan konsumen akan produk dan manfaat produk dibandingkan produk finance lain. Keunggulan produk tersebut terlihat dari nilai rata-rata penilaian responden yang berada di range keempat (tinggi) dengan perolehan skor rata-rata sebesar 402. 2. Interactivity (X2) Indikator-indikator dari variabel ini terbagi atas tiga, dimana hasilnya adalah sebagai berikut: Tabel 4.7 Frekuensi Jawaban Variabel Interactivity (X2) Kode pertanyaan / Indikator Skor Nilai Indeks SS S N KS TS Kesimpulan 5 4 3 2 1 1. PT. BFI Finance dengan intens menanggapi pertanyaan / keluhan konsumen via facebook dan twitter. 20 64 15 1 - 403 TINGGI 2. PT. BFI Finance sering memberikan quiz, games interaktif melalui facebook dan twitter. 26 54 18 1 - 406 TINGGI 3. PT. BFI Financeselalu menanyakan consumer satisfaction pasca pelayanan kredit. 23 54 20 3 - 397 TINGGI RATA2 402 TINGGI Sumber :Hasil pengolahan data kuesioner, 2014 Dari hasil perhitungan di atas dapat disimpulkan bahwa tanggapan konsumen terhadap hubungan pelanggan PT. BFI Finance berada pada range keempat (tinggi) dengan skor rata-rata 402. Ini berarti bahwa interakasi PT. BFI Finance sebagai perusahaan pembiayaan terkemuka , mendapat respon yang positif dengan adanya interaksi yang berkelanjutan. Message (X3) Indikator-indikator dari variabel ini terbagi atas tiga, dimana hasilnya adalah sebagai berikut: Tabel 4.8 Frekuensi Jawaban Variabel Message (X3) Kode pertanyaan / Indikator Skor Nilai Indeks SS S N KS TS Kesimpulan 5 4 3 2 1 1. Info tentang produk PT. BFI Finance dengan mudah 30 52 17 1 - 411 TINGGI

diperoleh via facebook dan twitter. 2. Postingan melalui facebook dan twitter memberikan info yang lengkap mengenai produk pembiayaan PT. BFI Finance 30 53 15 2 - 411 TINGGI 3. Format media promosi via facebook dan twitter PT. BFI Finance menarik, informatif, mudah dipahami serta dapat menjelaskan baik tentang produk. 28 50 20 2 - 404 TINGGI RATA2 409 TINGGI Sumber :Hasil pengolahan data kuesioner, 2014 Dari hasil perhitungan di atas dapat diketahui bahwa tanggapan konsumen terhadap aktivitas promosi yang dilakukan oleh PT. BFI Finance berada pada range keempat (tinggi) dengan skor 409. Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan promosi dan ketersediaan informasi lengkap PT. BFI Finance berdampak positif bagi minat konsumen untuk memilih Jasa pembiayaan pada PT. BFI finance. 3. Brand Familiarity (X4) Indikator-indikator dari variabel ini terbagi atas tiga, dimana hasilnya adalah sebagai berikut: Tabel 4.9 Frekuensi Jawaban Variabel People (X4) Kode pertanyaan / Indikator Skor Nilai Indeks SS S N KS TS Kesimpulan 5 4 3 2 1 1. PT. BFI finance sudah dikenal terlebih dahulu (terkenal). 24 64 11 1 - 411 TINGGI 2. Segala macam hal yang berhubungan dengan PT. BFI Finance seperti logo, karakteristik design mudah dikenal sebgai produk perusahaan. 26 49 23 2 - 399 TINGGI 3. Karakteristik design, logo , nama perusahaan PT. BFI Finance membedakannya dengan logo, nama perusahaan lain yang sejenis. 28 54 16 2 - 408 TINGGI RATA2 406 TINGGI

Hasil survei di atas memperlihatkan bahwa tanggapan konsumen terhadap aspek popularitas PT. BFI finance berada pada range keempat (tinggi) dengan perolehan skor rata-rata sebesar 406. 4. Variabel Pengambilan Keputusan (Y) Tabel 4.10 Frekuensi Jawaban Variabel Keputusan Pembelian (Y) Kode pertanyaan / Tanggapan (Pernyataan) Skor Nilai Indek s Kesimpula n SS S N KS TS 5 4 3 2 1 1. Pengenalan masalah 18 66 15 1 - 401 TINGGI 2. Pencarian informasi 23 53 23 1 - 398 TINGGI 3. Evaluasi alternative 23 58 16 3 - 401 TINGGI 4. Pengambilan keputusan 32 56 10 2 - 418 TINGGI 5. Manfaat yang besar (Kepuasan) 33 47 19 1 - 412 TINGGI RATA2 406 TINGGI Sumber :Hasil pengolahan data kuesioner, 2014 Berdasarkan tabel maka dapat diuraikan jawaban responden mengenai variabel keputusan pembelian konsumen (variabel Y) sebagai berikut: 1. Dari hasil survei untuk point pengenalan masalah, terlihat bahwa respon konsumen berada pada range keempat (tinggi). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa bagi responden konsumen perusahaan pembiayaan sangat penting untuk memenuhi kebutuhan kredit permodalan maupun kepemilikan kendaraan yang sesuai keinginan dan kebutuhan konsumen. 2. Dari hasil survei untuk point pencarian informasi, terlihat bahwa respon konsumen berada pada range keempat (tinggi). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa bagi pelanggan sebelum memutuskan untuk memilih perusahaan pembiayaan, mereka perlu mencari/diberikan informasi yang cukup mengenai perusahaan beserta produk pembiayaan yang ada. 3. Dari hasil survei untuk point evaluasi alternatif, terlihat bahwa respon konsumen berada pada range keempat (tinggi). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa konsumen PT. BFI Finance terlebih dahulu melakukan evaluasi dan mempertimbangkan secara cermat beberapa alternatif produk pembiayaan sebelum memutuskan untuk menjadi konsumen. 4. Dari hasil survei untuk point pengambilan keputusan, terlihat bahwa respon konsumen berada pada range keempat (tinggi). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa keputusan konsumen memilih PT. BFI Finance merupakan keputusan yang tepat. 5. Dari hasil survei untuk point kepuasan, terlihat bahwa respon konsumen berada pada range keempat (tinggi).

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa konsumen PT. BFI Finance merasa puas akan produk dan pelayanan perusahaan. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas Uji Validitas Uji validitas digunakan untuk menguji sejauh mana ketepatan alat pengukur dapat mengungkapkan konsep gejala/kejadian yang diukur. Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau tidaknya suatu kuesioner, suatu kuesioner dikatakan valid jika Pernyataan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Uji validitas dihitung dengan membandingkan nilai r hitung (correlated item-total correlation) dengan nilai r tabel, jika r hitung > dari r tabel (pada taraf signifikansi 10%) maka Pernyataan tersebut dinyatakan valid. Hasil pengujian diperoleh sebagai berikut : Tabel 4.11 Hasil Pengujian Validitas Variabel Indikator Koefisien Korelasi (r) Nilai rtabel (α=90%) Keteranga n Personal Relevance (X1) Initiative 0,620 0,165 Valid Sosial neetwork 0,688 0,165 Valid Relationship 0,574 0,165 Valid Interactivity (X2) Komunikasi 0,642 0,165 Valid Intensitas interaksi 0,677 0,165 Valid Interaksi pasca pembelian 0,678 0,165 Valid Message (X3) Kemudahan memperoleh informasi 0,658 0,165 Valid Informasi yang lengkap 0,677 0,165 Valid Format informasi menarik dan informatif 0,533 0,165 Valid Brand Familiarity (X4) Well known 0,645 0,165 Valid Asosiasi merek 0,682 0,165 Valid Ciri khas yang membedakan produk 0,528 0,165 Valid Keputusan Pembelian (Y) Pengenalan masalah 0,779 0,165 Valid Pencarian informasi 0,726 0,165 Valid Evaluasi alternative 0,616 0,165 Valid Pengambilan keputusan 0,669 0,165 Valid Manfaat yang besar (kepuasan) 0,636 0,165 Valid

Data diolah 2014 Tabel 4.11 menunjukkan bahwa semua indikator yang digunakan untuk mengukur variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini mempunyai koefisien korelasi yang lebih besar dari r tabel = 0,165 (nilai r tabel untuk n=100). Sehingga semua indikator dari variabel penelitian ini adalah valid. Uji Reliabilitas Uji reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Pengujian reliabilitas dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan rumus alpha. Hasil pengujian reliabilitas untuk masing- masing variabel diperoleh data sebagai berikut. Tabel 4.12 Hasil Pengujian Reliabilitas Variabel Nilai hitung Alpha Cronbach Keterangan Personal relevance (X1) 0,951 Reliabel Interactivity (X2) 0,950 Reliabel Message (X3) 0,952 Reliabel Brand familiarity (X4) 0,951 Reliabel Keputusan Pembelian (Y) 0,955 Reliabel Sumber : Data diolah, 2014 Dalam penelitian ini, uji reliabilitas dilakukan dengan melihat hasil perhitungan nilai cronbach alpha (α). Suatu variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai cronbach alpha (α) > 0,6 yaitu bila dilakukan penelitian ulang dengan waktu dan sampel yang berbeda akan menghasilkan kesimpulan yang sama. Tetapi sebaliknya bila alpha (α) < 0,6 maka dianggap kurang handal, artinya bila variabel-variabel tersebut dilakukan penelitian ulang dengan waktu yang berbeda akan menghasilkan kesimpulan yang berbeda. Hasil pengujian reliabilitas dalam tabel 4.12 menunjukkan bahwa semua variabel dalam penelitian mempunyai koefisien alpha (α) yang cukup besar yaitu > 0,6 sehingga dapat dikatakan semua konsep pengukur masing- masing variabel dari kuesioner adalah reliabel yang berarti bahwa kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini merupakan kuesioner yang reliabel. Analisis Regresi Linear Berganda Uji normalitas pada penelitian ini diberikan bersama dengan hasil analisis regresi dengan bantuan program SPSS yang disajikan pada lampiran, asumsi distribusi normal dipenuhi sehingga kesimpulan berdasarkan teori-teori menaksir dan menguji hipotesis. Berdasarkan data penelitian yang dikumpulkan baik untuk variabel terikat (Y) maupun variabel bebas (X1, X2, X3, X4) yang diolah dengan bantuan program SPSS 17.00 pada komputer, maka diperoleh hasil perhitungan regresi linear berganda sebagai berikut:

Tabel 4.13 Hasil Perhitungan Regresi Variabel Penelitian Koefisien Regresi Thitung Signifikansi (Constant) 0,066 0,329 0,743 Personal relevance 0,151 1,977 0,051 Interactivity 0,441 6,104 0,000 Message 0,168 2,964 0,004 Brand familiarity 0,230 3,041 0,003 R = 0,901 Sig = 0,000 R 2 = 0,812 Fhitung = 102,679 Sumber: Data diolah, 2014 Hasil pengolahan dan komputerisasi dapat ditunjukkan melalui persamaan regresi berganda sebagai berikut: Y= 0,066 + 0,151X1 + 0,441X2 + 0,168X3 + 0,230X4 + e a = 0,066, artinya bila X1 = X2 = X3 = X4 = 0, maka nilai Y = 0,066. b1 = 0,151, artinya jika X1 (personal relevance) sebesar 1 poin, maka keputusan konsumen memilih pembiayaan pada PT. BFI Finance akan meningkat sebesar 0,151 dengan asumsi X2, X3, X4 konstan. b2 = 0,441, artinya jika X2 (interactivity) sebesar 1 poin, maka keputusan konsumen memilih pembiayaan pada PT. BFI Finance akan meningkat sebesar 0,441 dengan asumsi X1, X3, X4 konstan. b3 = 0,168, artinya jika X3 (message) sebesar 1 poin, maka keputusan konsumen memilih pembiayaan pada PT. BFI Finance akan meningkat sebesar 0,168 dengan asumsi X1, X2, X4 konstan. b4 = 0,230, artinya jika X4 (brand familiarity) sebesar 1 poin maka keputusan konsumen memilih pembiayaan pada PT. BFI Finance akan meningkat sebesar 0,230 dengan asumsi X1, X2, X3 konstan. Analisis Koefisien Determinasi (R2 ) Uji koefisien determinasi (R2 ) digunakan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali dalam Hardian, 2010:121). Nilai R2 yang semakin mendekati 1, berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variabel dependen. Koefisien determinasi yang digunakan adalah nilai Adjusted R square karena lebih dapat dipercaya dalam mengevaluasi model regresi. Nilai Adjusted R square dapat naik atau turun apabila satu variabel independen ditambahkan ke dalam model. Berbeda dengan R Square yang pasti akan meningkat setiap tambahan satu variabel independen, tidak peduli apakah variabel tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen.

Tabel 4.14 Hasil Koefisien Determinasi (R2 ) Model Summaryb Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate 1 .901a .812 .804 1.22761 a. Predictors: (Constant), BRAND FAMILIARITY, MESSAGES, INTERACTIVITY,PERSONAL RELEVANCE bb. Dependent Variable: KEP.PEMBELIAN Sumber :Hasil pengolahan data kuesioner, 2014 Hasil perhitungan regresi dapat diketahui bahwa nilai Adjusted R Square adalah 0,804. Hal ini menunjukkan bahwa sebesar 80,4% Keputusan Pembelian konsumen terhadap pembiayaan pada PT. BFI Finance dipengaruhi oleh variabel independen, yaitu personal relevance (X1), interactivity (X2), message (X3), dan brand familiarity (X4),Sedangkan sisanya sebesar 19,6% dipengaruhi oleh variabel-variabel lainnya yang tidak diteliti. Standard Error of The Estimate (SEE) dari tabel diatas sebesar 0,22761. Semakin kecil nilai SEE, maka akan membuat persamaan regresi semakin tepat dalam memprediksi variabel dependen. Pengujian Hipotesis Uji Simultan F Uji serempak atau uji F merupakan uji secara bersama-sama untuk menguji sigifikansi pengaruh variabel Personal relevance (X1), Interactivity (X2), Message (X3), Brand familiarity (X4) secara bersama-sama terhadap variabel Keputusan Pembelian (Y). Uji F dilakukan dengan membandingkan Fhitung dengan Ftabel. Tabel 4.15 Hasil Uji Simultan F Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig. 1 Regression 21.278 4 5.320 102.679 .000a Residual 4.922 95 0.52 Total 26.200 99 a. Predictors: (Constant), BRAND.FAMILIARITY, MESSAGES, INTERACTIVITY, PERSONAL.RELEVANCE PROCESS b. Dependent Variable: KEP.PEMBELIAN Sumber :Hasil pengolahan data kuesioner, 2014 Berdasarkan hasil uji simultan dari tabel 4.15 ditunjukkan bahwa Fhitung sebesar 102.679, sedangkan hasil Ftabel pada tabel distribusi dengan tingkat kesalahan 10% adalah sebesar 2,004.

Hal ini berarti Fhitung > Ftabel (102.679> 2,004). Nilai signifikansi lebih kecil dari 0,1. Dengan arah koefisien positif, dengan demikian diperoleh bahwa hipotesis yang menyatakan bahwa variabel personal relevance, interactivity, message, brand familiarity secara bersama-sama memiliki pengaruh yang signifikan terhadap keputusan pembelian. Pengujian Parsial (Uji T) Pengujian ini untuk melihat sejauh mana pengaruh secara terpisah dari masing-masing variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y) berdasarkan hasil regresi yang ada pada tabel 4.13 uji t dilakukan dengan membandingkan nilai t hitung dengan t tabel dengan tingkat kesalahan 10% yakni 1,661. Apabila t hitung > t tabel maka dapat disimpulkan variabel tersebut mempunyai pengaruh yang signifikan. 1. Variabel Personal relevance (X1) Nilai thitung untuk variabel ini sebesar 1.977. Sementara itu nilai pada tabel distribusi 10% sebesar 1,66. Maka thitung (1.977) > ttabel (1,661) dan nilai signifikansi (0,051 < 0,1) artinya variabel personal relevance (X1) berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian. 2. Variabel Interactivity (X2) Nilai thitung untuk variabel ini sebesar 6.104. Sementara itu nilai pada tabel distribusi 10% sebesar 1,66. Maka thitung (6.104) > ttabel (1,661) dan nilai signifikansi (0,000 < 0,1) artinya variabel interactivity (X2) berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian. 3. Variabel Message (X3) Nilai thitung untuk variabel ini sebesar 2.964. Sementara itu nilai pada tabel distribusi 10% sebesar 1,66.Maka thitung (2.964) < ttabel (1,661) dan nilai signifikansi (0.004 < 0,1) artinya message (X3) berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian. 4. Variabel Brand familiarity (X4) Nilai thitung untuk variabel ini sebesar 3.041. Sementara itu nilai pada tabel distribusi 10% sebesar 1,66. Maka thitung (3.041) < ttabel (1,661) dan nilai signifikansi (0.003 < 0,1) artinya variabel brand familiarity (X4) berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian. Dari hasil perhitungan dan pemaparan tersebut, dapat dilihat bahwa variabel interactivity merupakan variabel yang memiliki nilai thitung yang paling besar, yakni 6,104 dan nilai signifikansi terkecil, yakni 0,000. Hal ini menunjukkan bahwa diantara variabel-variabel personal relevance, interactivity, message, brand familiarity, variabel interactivity merupakan variabel yang paling dominan berpengaruh terhadap keputusan konsumen memilih produk pembiayaan PT. BFI Finance. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya, maka penulis menarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Besarnya pengaruh faktorfaktor bauran pemasaran jasa yang terdiri dari variabel personal relevance, interactivity, message, brand familiarity terhadap keputusan pembelian konsumen dalam menggunakan produk jasa pembiayaan pada PT. BFI Finance adalah 80,4%. Promosi berbasis sosial media ini memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap keputusan konsumen dalam membeli produk pembiayaan pada PT. BFI Finance. Hal ini ditunjukkan dengan nilai uji Fhitung > Ftabel (102,679 > 2,004) dan probabilitas kesalahan kurang dari atau sama dengan 10%. 2. Variabel interactivity memiliki pengaruh yang paling dominan terhadap keputusan pembelian konsumen dalam menggunakan produk pembiayaan PT. BFI finance dibandingkan dengan variabel lainnya. Hal ini ditunjukkan dengan perbandingan nilai uji t variabel interactivity yang memiliki nilai lebih besar dari variabel lainnya yaitu 6,104. Saran Dari kesimpulan yang telah dikemukakan sebelumnya, maka selanjutnya penulis akan menyajikan saran-saran sebagai masukan bagi pihak perusahaan, yaitu sebagai berikut : 1. Untuk mendukung agar jumlah konsumen yang dicapai dapat lebih meningkat ada baiknya PT. BFI Finance Area Jambi (khususnya tim marketing) lebih kreatif dalam menciptakan strategi- strategi baru, inovasi baru dengan memberikan hadiah langsung kepada konsumen baru, kuis interaktif berhadiah secara kontinu maupun situasional dan diferensiasi yang mampu menjadikan PT. BFI Finance Area jambi sebagai market leader dan dapat terus bersaing dengan perusahaan yang bergerak di bidang pembiayaan konsumen lainnya. Akan tetapi yang perlu diingat ialah tetap mengutamakan kualitas pelayanan mengingat PT. BFI Finance memiliki jumlah competitor yang banyak di Area Jambi. 2. Sekalipun faktor interactivity merupakan faktor utama dalam pengambilan keputusan konsumen PT. BFI Finance, tetapi bukan berarti faktorfaktor lain dikesampingkan, mengingat variabel-variabel lainnya bukanlah sesuatu yang terpisah melainkan berdiri sebagai sebuah kesatuan. Dalam hal ini PT. BFI Finance Area Jambi (pada khususnya) tetap perlu untuk menjaga kesinambungan empat faktor tersebut dengan tetap menjadikan faktor interactivity sebagai main pusher. 3. Kepada pihak-pihak yang akan mengadakan penelitian lebih lanjut disarankan untuk menambahkan factorfaktor lain dan bukti fisik sebagai variabel independen .

DAFTAR PUSTAKA Astrid, Dewi Kusumastuti. 2009. Sikap Terhadap Pengguna Facebook. Masterthesis. Jakarta: Universitas Bina Nusantara. Aprilyana, Saputri. 2009. Analisis pengaruh iklan media televisi terhadap keputusan pembelian konsumen pada provider simpati pede. Jakarta: Universitas Pembangunan Nasional “veteran”. Boyd, Harper. W, Dkk. 2000. Manajemen Pemasaran : Suatu Pendekatan Strategis dengan Orientasi Global. Penerbit Erlangga. Jakarta Durianto, Sugiarto, Widjaja dan Supratikno, 2003. Inovasi Pasar Dengan Iklan. Yang Efektif. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Fandy Tjiptono, 2008. Strategi Pemasaran. Yogyakarta.:Andi. Ghozali, Imam. 2000, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, Semarang: BP Undip Semarang. Hery, Kurniawan. 2006. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Konsumen Dalam Pengambilan Keputusan Pembelian Produk Mie Instan Merek Sedap. Malang: Universitas Kottler, Philip dan Gary Amstrong. 2001. Manajemen Pemasaran. Gramedia, Jakarta Kottler, Philip dan Gary Amstrong. 2001. Principle of Marketing ( edisi 14 ). Prentice Hall. Kottler, Philip. 2002. Manajemen Pemasaran. Prenhallindo, Jakarta. Kottler, Philip dan Keller, Kevin Lane. 2008. Manajemen Pemasaran ( edisi 12 ) PT.Indeka, Jakarta. Kottler, Philip. 1997. Manajemen Pemasaran, Analisis Perencanaan, Implementasi, dan Kontrol. Prenhallindo, Jakarta. Kottler, Philip, et.al. 2003. Rethinking Marketing, Sustainable Market-ing Enterprise di Asia. Prenhallindo, Jakarta. Kottler Philip, 2009. Manajemen Pemasaran, Edisi Kedua Belas, Jilid I Penerbit PT. Macanan Jaya Cemerlang, Jakarta. Lupiyoadi, Rambat. 2001. Manajemen Pemasaran Jasa. Salemba Empat, Jakarta. Lupiyoadi, Rambat dan Hamdani. A. 2006. Manajemen Pemasaran Jasa Edisi 2. Salemba Empat, Jakarta. Nitisemito, A.S. 2000. Marketing. Cet.Keenam, Ghalia Indonesia, Jakarta. Radiosunu, 2001. Manajemen Pemasaran suatu Pendekatan Analisis, Edisi Kedua. Cetakan Kelima. Penerbit. BPFE. Yogyakarta. Rangkuti, Freddy. 2003. Measuring Customer Satisfaction : Tehnik Mengukur dan Strategi Meningkatkan Kepuasan Pelanggan. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Richard, Darmawan Andriyanto. 2010. Analisis pengaruh internet marketing terhadap pembentukan word of mouth dan brand awareness untuk memunculkan intention to buy. Salatiga, Jateng: Universitas krosten Satya Wacana.

Sekaran, Uma. 2000. Research methods. John Wiley & Sons. Inc. Simamora, Bilson. 2002. Panduan Riset Perilaku Konsumen. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Simamora, Bilson. 2003. Membongkar Kotak Hitam Konsumen, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Stanton, William J. 2000. Prinsip Pemasaran, Edisi Keempat Belas jilid 1, Terjemahan oleh Y. Lamarto. Erlangga, Jakarta. Sunarto, 2003. Manajemen Pemasaran. Edisi Pertama. Cetakan Pertama. Penerbit BPFE-UST, Yogyakarta. Swastha, Basu dam T. Hani Handoko, 2000. Manajemen Pemasaran Modern, Edisi Kedua. Penerbit Liberty, Yogyakarta. Tjiptono, Fandy. 2000. Perspeltif Pemasaran dan Pemasaran Kontemporer. Andi Offset. Yogyakarta. Tjiptono, Fandy. 2002. Manajemen jasa, Edisi II, Cetakan ketiga. Andi Offset. Yogyakarta. Tjiptono, Fandy dan Gregorious Candra. 2005. Service, Quality, and Satisfaction. Andi Offset. Yogyakarta. Winardi. 2003. Aspek-aspek Bauran Pemasaran ( Marketing Mix ). Mandar Maju, Bandung.